Jakarta – Suara Ekonomi
Saat ini, masyarakat dunia masih ditakuti dengan adanya pandemi Covid-19. Di mana wabah tersebut dapat menyebar sangat cepat dan setiap harinya terus bertambah. Akan hal itu, membuat perekonomian Indonesia mengalami penurunan.
Melansir laman Covid-19.go.id, pada Sabtu (20/3), menunjukkan sebanyak 5.656 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam. Penambahan itu menyebabkan total kasus di Indonesia kini mencapai 1.455.788 orang. Dari total tersebut, sebanyak 1.284.725 orang telah sembuh dan 39.447 orang meninggal dunia. Akibat peningkatan kasus ini, pemerintah mengambil tindakan dengan menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan ini menggantikan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diberlakukan pada sebagian wilayah di Jawa dan Bali.
Jika menganalisis dampak Covid-19, merebaknya wabah ini akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Terlebih sejak tanggal 9 Februari 2021, pemerintah menerapkan PPKM berskala mikro. Penerapan ini akan membatasi mobilitas masyarakat yang mengakibatkan aktivitas ekonomi berjalan lambat. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan pada kuartal I-2021. Penyebabnya adalah jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat dan berkurangnya aktivitas perekonomian masyarakat.
Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam, berpendapat bahwa kondisi perekonomian tahun 2021 ini buruk. Selain itu, menurutnya kondisi ekonomi belum berubah selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Baginya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini masih akan negatif. Piter menyatakan penyebab kontraksi ekonomi tahun 2021, yaitu pemerintah membatasi dalam aktivitas sosial.
Selanjutnya, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di bawah 0% pada kuartal I-2021. Rizal Taufikurahman selaku Kepala Center of Macroeconomics and Finance INDEF, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih di bawah 0%. Karena pandemi semakin tidak terkendali, sehingga membuat perumbuhan ekonomi menjadi negatif. “Di kuartal pertama tahun 2021 rasanya besarannya masih di bawah 0%, agak berat apalagi pandeminya semakin ‘mengamuk’ dan masih sulit dikendalikan. Tentu ini akan berpengaruh terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2021,” Ujar Rizal dalam konferensi pers virtual, Minggu (7/2), yang dikutip dari laman finance.detik.com.
Pada tahun ini, Bank Indonesia (BI) juga memproyeksikan ekonomi Indonesia sebanyak 4,3 sampai 5,3 persen. Angka ini turun dari proyeksi awal yang sebesar 4,8 sampai 5,8 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga meprediksi ekonomi tahun ini dapat mengalami pertumbuhan. Ia optimis bahwa laju tersebut dapat tumbuh dikisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Angka tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan target pemerintah dari sebelumnya, yaitu 4,5 sampai 5,5 persen.
Namun, pemerintah tetap optimis akan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal ini. Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto mengungkapkan bahwa pada kuartal I 2021 dapat tumbuh di angka 1,6 hingga 2,1 persen. Jika dibandingkan dengan kuartal I 2020 memang masih terbilang cukup berat. Karena ekonomi kuartal I tahun lalu berada di angka 2,97 persen. Dalam catatan Badan Pusat Statistik, laju perekonomian Indonesia mencapai minus 2,07 persen pada tahun 2020.
Apabila kebijakan PPKM masih berlangsung, diperkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami minus yang cukup lama. Hingga kini, pemerintah terus berupaya dengan beberapa langkah, salah satunya melalui vaksinasi massal. Langkah ini diambil agar semua aktivitas pulih seperti semula, khususnya pada sektor ekonomi. Selain itu, adapula langkah lainnya yang termasuk dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Langkah tersebut adalah Perlindungan Sosial (Perlinsos), insentif pajak, padat karya dan dukungan UMKM.
Reporter : Alvita Ratnaduhita
Editor : Farah Meirizka