Jakarta – Suara Ekonomi.

Sadarkah kalian bahwa banyak sekali barang-barang bekas berserakan di sekitar rumah kita? Sangat disayangkan jika barang-barang tersebut tidak dimanfaatkan. Dengan sedikit sentuhan jiwa kreativitas, kita dapat mendaur ulang barang bekas tersebut, kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa digunakan.

Siapa sangka sebuah drum bekas bisa disulap menjadi barang yang memiliki nilai jual tinggi? Seperti halnya drum bekas oli atau minyak. Setiap drum seolah dapat bercerita dan memiliki sejarahnya sendiri. Meskipun demikian, drum bekas tetaplah benda yang menampilkan permukaan kasarnya sebagai pertanda keberadaan dan fungsinya dahulu. Seperti menjadi bukti betapa sering drum-drum itu digunakan. Hal inilah yang menjadi filosofi sekaligus cara untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang konsep pemaknaan kembali atau daur ulang.

Selama ini, kebanyakan dari furniture seperti meja dan kursi lazimnya terbuat dari kayu atau besi. Padahal barang-barang bekas seperti drum tadi, bisa kita manfaatkan sebagai fungsi yang sama, bahkan menjadi lebih antik dan menawan. Bukan hanya itu, drum-drum bekas ini juga bisa dibuat untuk aksesoris rumah tangga dalam berbagai bentuk.

macam-bentuk
© galeriumahtong / Berbagai hasil furniture dari daur ulang limbah drum bekas.

Furniture dari limbah drum oli ini, selain memiliki nilai artistik yang tinggi, sudah pasti memiliki nilai ekonomis yang tidak akan membuat dompet tipis. Sangatlah tepat bagi kalian yang sedang mencari furniture, namun memiliki anggaran yang minim. Selain itu, kalian juga bisa mencoba membuatnya. Dikutip dari laman (bisnishack.com), berikut beberapa langkah untuk mendaur ulang drum bekas menjadi kursi :

  1. Pilih dan bersihkan drum

Ketika Anda akan mendaur ulang drum bekas minyak/oli, sebaiknya pilihlah drum yang berukuran besar. Drum yang besar akan semakin banyak menampung orang. Lalu bersihkan drum sampai bersih dan tidak berbau.

Langkah pembersihannya pun tidak instan dan mudah. Ketika Anda sudah membersihkan sampai bersih, kemudian jemur drum sampai kering. Lakukan pencucian dan pengeringan ulang sebanyak 3-5 kali, sehingga ketika sudah menjadi suatu produk tidak menimbulkan bau.

  1. Pemotongan

Lakukan pemotongan dengan membaginya menjadi ¾ dan ¼ bagian. Potonglah salah satu sisi (¼ bagian) menjadi persegi panjang. Sisi penutup atas dan bawah drum tidak perlu dipotong karena dapat digunakan untuk peletakan tangan.

  1. Pasang papan kayu

Dari potongan ¼ bagian tadi, pasanglah papan kayu pada lubang yang dihasilkan dari pemotongan tersebut. Lakukan pemasangan dengan menggunakan sekrup. Pastikan papan kuat untuk menahan dudukan.

  1. Pasang sandaran

Potongan persegi panjang yang melengkung tadi dipasang sebagai sandaran dengan posisi bagian luar sebagai sandaran punggung dan sisi dalam di belakangnya. Pasang dengan menggunakan sekrup dan pastikan kuat dan aman serta nyaman.

  1. Pasang bantalan

Pasang bantalan pada sisi yang Anda potong sebagai penutup bagian yang tajam.

  1. Pasang kayu penyangga bawah drum

Karena bagian bawah drum masih berbentuk bulat (tidak seimbang), maka pasang papan kayu dibagian bawah untuk pijakan/alas.

  1. Pewarnaan

Pewarnaan disini dapat dilakukan dengan menyemprotkan pewarna cair atau menggunakan cat kayu yang mengkilap.

  1. Pengeringan

Setelah melakukan pengecatan atau pewarnaan, jangan lupa untuk melakukan pengeringan supaya tidak menempel pada pakaian ketika diduduki. Setelah kering lakukan kembali langkah ke-7 sesuai kebutuhan, agar warna tidak mudah pudar.

Untuk hasil jadi yang akan diihasilkan bisa seperti ini

© ngopo.com / Untuk hasil jadi yang akan diihasilkan bisa seperti ini.
© ngopo.com / Motif Doraemon
leopart
© ifinedrumhose / Motif Leopard

Jadi bagaimana dengan daur ulang drum bekas ini. Menarik bukan? Selain dapat mengurangi limbah, kita juga bisa menjadikannya sebagai peluang usaha atau membuka lapangan pekerjaan baru. Keuntungan yang dihasilkan pun lumayan menggiurkan. Mari buat barang-barang bekas yang ada disekitar kita menjadi barang yang unik dan menarik serta bermanfaat.

Oleh: Heidy Sailendra

Editor: Dewi Sinta