Jakarta – Suara ekonomi
Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi pelengkapan ekosistem transportasi kereta api melalui potensi pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia. Khususnya wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta juga daerah-daerah di sekitarnya akan berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan, pertumbuhan, pengembangan, dan perekonomian. Dalam mengatasi kemacetan dan juga mengurangi polusi menjadi hal yang harus segera dilakukan dengan adanya pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan Proyek Nasional ( PSN ) dan juga terobosan teknologi canggih. Didesain dengan kecepatan 350 kilometer per jam akan menyambungkan Ibu Kota Indonesia Jakarta dengan Bandung yang berjarak 142 kilometer. Dengan waktu tempuh perjalanan dari Jakarta ke Bandung yang biasanya memerlukan waktu 3 jam lebih, dengen perkiraan akan menjadi lebih singkat yaitu sekitar 40 menit.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi berharap dalam proyek pembangunan KCJB ini terjadi transfer teknologi dari Tiongkok kepada Indonesia. Diharapkan, baik selama pembangunan maupun ketika kereta cepat terus beroperasi. “Saya meminta ilmuwan-ilmuwan Indonesia ada dalam pembangunan kereta cepat, sehingga pengetahuan yang baik ini bisa bermanfaar bagi dunia konstruksi, perguruan tinggi, dan operator kereta api Indonesia,” Ujar Budi Karya Sumadi.
Proyek KCJB ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan No.3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional. Presiden Joko Widodo berharap pada proyek pembangunan KCJB dapat mulai beroperasi pada Juni 2023 tahun depan.
“Peluncuran nanti untuk operasional insyaallah anti kurang lebih dibulan Juni 2023,” Ujar Jokowi pada Kamis ( 13/10/2022). Progress kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 88,8 persen. PT Kerta Api Indonesia (Persero) akan mengenakan tarif tergantung pada kelas pelayanan dan fasilitas Kereta Cepat. “Tarif yang dikenalan sekitar antara Rp 250.000 sampai Rp350.000,” Ujar Vp Public Relations KAI Joni Martinus.
Rangkaian terdiri dari 8 kereta dengan kapasitas sebanyak 601 pelanggan yang menjadi VIP Class sebanyak 18 pelanggan, First Class sekitas 28 pelanggan, dan Second Class 55 pelanggan. KCJB saat ini progress fisik pembangunan telah mencapai 76% dengan target yang dilakukan test dinamis pada Novemver mendatang bertepatan dengan perhelatan Presidensi G20. Masyarakat dapat menempuh perjalanan dari Jakarta-Bandung sekitar 36-45 menit, Kereta beroperssi di jalur ganda sepanjang142,3 KM. yang akan berhenti di 4 tsasiun yaitu Stasiun Halim Jakarta, Karawang, Paarang, dan Tegalluar Bandung.
Dalam Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki kelebihan yang sangat luar biasa dalam menempuh jarak dan kecepatan, yaitu :
- Pilihan utama untuk bepergian tidak ada kata terlambat dalam Kereta Cepaat dengan headway 20-30 menit, akan hadir dengan banyak pilihan perjalanan sehingga Jakarta-Bandung akan ditempuh hanya dalam waktu 36 menit sampai dengan 44 menit. Perjalanan lebih singkat dan fleksibel untuk tranportasi yang lebih maksimal.
- Jelajahi setiap destinasi bersama KCJB hadir dengan desain ruang lebih luas dan modern, memiliki tiga kelas yang berkapasitas total mencapai dengan 601 penumpang serta ruang khusus untuk difabel.
- Padukan dengan konsep Transit Oriented Development ( TOD ), Stasiun Kereta Cepat memastikan sistem integrasi dengan berbagai pilihan yang beragam kuliner, fasilitas dan keistimewaan dalam pelayanan pelanggan dan memastikan kebutuhan terpenuhi.
- Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dilengkapi teknologi modern dan handal serta pramugari yang senantiasa siap melayani perjalanan pelanggan. Desain cabin noise yang lebih rendah meredam getaran dengan lebih optimal, perjalanan yang berkualitas untuk pengalamanan yang lebih bernilai tinggi.
Dalam MenKomarves dan Menhub mendapatkan penjelasan dari Dirut PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengenai progress pembangunan. Saat ini PT KCIC terus melaksanakan pembangunan KCJB yang ditargetkan selesai pada tahun 2022. Pembanguan yang dilakukan tidak hanya pembangunan jalur kereta namun secara bersamaan dilakukan pembangunan stasiun dan sarana penunjang lainnya.
Reporter : Arum Amalia Sari
Editor : Kintan Gusti Pratiwi