Melestarikan Orisinalitas Makna Kain Batik

0
1751

Jakarta – Suara Ekonomi

Kain batik adalah salah satu warisan budaya dan merupakan kebanggaan Bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai moral budaya leluhur. Sebagaimana diketahui, Batik Indonesia ini secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai Budaya Warisan Manusia sejak tahun 2009.

Dalam forum Kafe BCA VI bertajuk Khasanah Batik Pesona Budaya, Poppy Savitri Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengajak untuk melestarikan makna kain batik sesungguhnya.

“Tentu, kita familiar dengan kain batik. Namun, banyak yang salah kaprah menyebutkan kain motif batik menjadi kain batik. Oleh karena itu, saya ingin mengingatkan kembali bahwa kain bisa disebut batik, jika perintang warnanya terbuat dari malam. Selain dari itu, kita menyebutnya kain motif batik,” ujar Poppy Savitri.

Selain Poppy, hadir pula Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Poppy Savitri, Rektor Universitas Pekalongan Suryani, dan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.

Apabila kita melihat kain bermotif batik yang melalui proses printing ataupun sablon, alangkah baiknya bila tidak disebut dengan kain batik.

“Kita harus benar-benar mendalami makna batik dan penggunannya secara tepat. Agar kemurnian dan identitas kearifan lokal tersebut terus lestari. Mengingat, para pembatik mendedikasikan waktu dan pikiran untuk berkarya, bahkan ada yang berpuasa selama 40 hari,” ujar Poppy Savitri.

© biz.kompas.com / Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Rektor Universitas Pekalongan Suryani, Founder Galeri Batik Jawa Indigo Nita Kenzo, Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Bekraf Poppy Savitri di talkshow Kafe BCA VI di Menara BCA, Jakarta

“Dengan ketekunan, kesabaran, dan disiplin, mereka bekerja selama 1-2 tahun menghadapi rutinitas dan kain yang sama. Mereka setara dengan para artisan di luar negeri, bukan pengrajin biasa. Di dalam sehelai kain batik tersimpan harmonisasi pikiran, jiwa, filosofi, dan doa,” lanjut Poppy Savitri.

Tahapan-tahapan dalam proses membatik juga bermacam-macam, sesuai kerumitan pola, bahan, dan teknik yang digunakan. Contohnya, motif batik daerah pedalaman terinspirasi kepada alam pikiran Keraton yang kental unsur religius dan mistis.

Sementara itu, batik daerah pesisiran lebih dinamis dengan penggunaan corak cumi atau udang yang identik dengan kondisi setempat yang dekat dengan pantai atau laut. Ada pula batik yang berasal dari Pekalongan yang terpengaruh motif China.

“Akulturasi budaya ini terjadi karena besarnya permintaan yang saat itu. Namun lamanya waktu dan jauhnya jarak pengiriman dari China, membuat para penjajah saat itu berinovasi membuat alas tersebut di atas kain batik,” ungkap Poppy.

Bermacam-macam motif batik yang sarat makna dan filosofis mendalam, kian sempurna bila penggunaannya sesuai tempat.

“Sebaiknya, kita mencari tahu makna motif di balik sehelai kain batik sebelum dikenakan atau dijahit. Karena ada jenis kain batik yang tidak bisa sembarang dipakai, seperti kain penutup jenazah atau acara kesedihan,” ujar Poppy.

Poppy juga mengatakan, memakai kain batik sesuai makna dan tempatnya merupakan bagian dari ethical fashion. Gerakan tersebut juga kami giatkan di Bekraf bersama para desainer dan pengrajin wastra Nusantara lainnya, tidak hanya Batik.

Selain itu, Bekraf juga berupaya menciptakan iklim yang kondusif guna mendorong kreativitas para pembatik agar lebih baik kedepannya. Contohnya, memberikan nilai tambah kepada batik melalui pengemasan yang berkualitas. Di dalam pembungkusnya dikisahkan filosofi corak, si pembatik, dan prosesnya.

Sebagai salah satu perusahaan yang lahir dan besar di Indonesia, BCA melakukan berbagai cara untuk mendukung Pekalongan mempertahankan eksistensinya sebagai kota Batik. Salah satunya adalah meluncurkan buku “Batik Pekalongan Dari Masa ke Masa” yang ditulis secara apik oleh Budi Mulyawan.

© biz.kompas.com / Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, Executive Vice President CSR BCA Inge Setiawati menyerahkan buku “Batik Pekalongan: dari Masa ke Masa” kepada Direktur Edukasi & Ekonomi Kreatif Bekraf Poppy Savitri.

“Untuk meningkatkan kualitas pengrajin Batik di Pekalongan, kami baru saja meresmikan Kampung Batik Gemah Sumilir, Wiradesa, Pekalongan sebagai salah satu Desa Wisata Binaan BCA. Kami juga bekerja sama dengan pengrajin Batik di Pekalongan untuk memproduksi Batik Hoko BCA sebagai seragam yang dikenakan oleh lebih dari 23.000 karyawan BCA dari Sabang sampai Merauke,” ujar Jahja.

Upaya untuk melestarikan kain batik merupakan bagian dari merawat warisan budaya leluhur. Ketika dihadapkan dengan tingginya permintaan pasar akan kain bermotif batik, itu menjadi tantangan bahkan kebanggan tersendiri.

Oleh karena itu, proses panjang dari membatik inilah yang dijadikan keunggulan melalui kisah yang disampaikan kepada pasar. Dan membiasakan tidak menyebut kain bermotif batik dengan kain batik. Hal tersebut bukan hanya tugas yang diemban Bekraf, tetapi tanggung jawab bersama.

Reporter : Yandi Putera

Editor : Theresia Somasiga F.D