Jakarta – Suara Ekonomi
Pada 8 Agustus 2020, Universitas Pancasila akan mengadakan acara wisuda secara daring bagi para calon wisudawannya. Hal ini menimbulkan sejumlah kontra dari para mahasiswa yang masih menginginkan melakukan wisuda secara offline. Meskipun demikian, akan ada perwakilan mahasiswa berprestasi yang diundang menghadiri wisuda secara langsung.
Sebelumnya beredar info bahwasannya, sebanyak 10 mahasiswa berprestasi dari setiap fakultas diundang untuk mengikuti wisuda offline. Hal ini menimbulkan banyak stigma negatif, salah satunya yakni terdapat diskriminasi antara yang berprestasi dan tidak. Namun, info tersebut dibantah dan diluruskan oleh Wakil Rektor IV. “Wisuda offline hanya mengundang sebanyak 20 mahasiswa berprestasi. Disebabkan oleh tempat yang akan digunakan memiliki kapasitas terbatas. Selain itu, apalagi tetap harus diadakannya protokol kesehatan di mana perlu adanya physical distancing. Pemberian penghargaan perlu diberikan secara langsung kepada mahasiswa yang bersangkutan, karena riskan terjadi kerusakan. Jadi, pertimbangannya lebih karena hal-hal teknis saja dan sama sekali tidak ada unsur diskriminasi,” ujar Dr. Syamsurizal, S.E., M.M. selaku Wakil Rektor IV UP dan Ketua Pelaksana Wisuda.
Meskipun hanya beberapa yang diundang, seluruh calon wisudawan diwajibkan untuk mengikuti wisuda daring. Karena akan ada pelantikan oleh Rektor UP kepada seluruh mahasiswa yang diharapkan bisa dilakukan serempak. Orang tua mahasiswa pun turut dilibatkan dalam wisuda daring ini. Pihak universitas ingin orang tua para mahasiswa turut melantik putra-putrinya dan berterima kasih kepada mereka. “Di masa yang penuh keterbatasan ini, kami ingin setidaknya ada hal lain yang bisa diingat baik oleh wisudawan maupun orang tuanya,” lanjut Ketua Pelaksana wisuda tersebut.
Wisuda UP semester ganjil TA 2019/2020 dilaksanakan secara daring karena beberapa pertimbangan. Izin keramaian di Jakarta Convention Center (JCC) belum keluar sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Apabila acara wisuda diundur, maka akan mengakibatkan jadwal akademik yang berantakan. Selanjutnya, mengingat bahwa adanya pembatasan jumlah orang dalam sebuah pertemuan. Terakhir, apabila wisuda dilakukan secara offline, akan mengundang para orang tua calon wisudawan. Sedangkan, dari segi usia, para orang tua termasuk rentan terhadap penularan Covid-19. Karena hal-hal tersebut lah pihak universitas memutuskan untuk menyelenggarakan wisuda online.
Biaya yang harus dibayarkan untuk mengikuti wisuda online ini sudah bersifat mutlak. Artinya, calon wisudawan tidak bisa jika hanya ingin menebus ijazah saja. Hal ini disebabkan biaya tersebut sudah merupakan paket yang mana tidak bisa memisahkan per item. Paket itu sendiri termasuk mendapatkan kelengkapan toga (topi, jubah, tabung, medali) dan pengirimannya, buku wisuda, dan ijazah. Adapun pertanyaan lain mengenai biaya. Para calon wisudawan mempertanyakan, mengapa pihak universitas tidak melakukan wisuda di GSG UP saja? Dengan dilaksanakan di GSG, tentunya akan lebih bisa menghemat biaya. Calon wisudawan pun bisa tetap melangsungkan wisuda secara offline.
Wisuda tidak dilakukan di GSG UP dikarenakan kurangnya fasilitas yang tersedia yang dapat menyebabkan pertambahan biaya. Sebab itu, wisuda ini akan diadakan di Trans Studio Cibubur bagi para peserta yang hadir. Menggunakan Trans Studio ini sebenarnya adalah salah satu cara dalam menghemat biaya. Di sana sudah tersedia panggung serta sistem audio yang lengkap, tempat yang representatif, dan lain sebagainya. Hal ini dibuktikan dengan adanya potongan biaya sampai dengan 50%. Bagi calon wisudawan yang sudah membayar full, akan dikembalikan potongan biaya tersebut.
Dalam acara wisuda ini, akan diadakannya liputan media. Tetapi, hal ini bukan khusus dijadikan sebagai ajang promosi oleh universitas. Sebab, pada setiap wisuda memang selalu ada liputan media. Liputan ini hanya menjadi bagian rencana kerja rutin humas dalam memberitakan kegiatan-kegiatan di UP. Walaupun saat berita naik ke media, tentunya secara otomatis bisa membuat orang lain membaca mengenai UP. Hal itu bisa dianggap sebagai bonus bagi pihak universitas.
Reporter : Danna Rizki
Editor : Dinda Nadya