Jakarta – Suara Ekonomi.
Keberadaan smartphone sat ini dinilai telah mampu menggeser kehidupan sosial budaya masyarakat, khususnya kehidupan masyarakat di kota-kota besar. Benarkah Smartphone mampu menjadi solusi guna mengatasi berbagai macam permasalahan hidup atau hanya menjadi penyebab bergersernya nilai-nilai kehidupan sosial budaya masyarakat?
Teknologi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia saat ini. Kemajuannya dari masa ke masa membawa dampak yang banyak terhadap kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Dimulai dari kemampuan menggambar di goa-goa, menulis dengan tinta-tinta alami, munculnya mesin ketik, televisi, komputer, hingga berbagai kehadiran berbagai macam jenis gadget seperti yang ada saat ini. Salah satu gadget yang sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat banyak yaitu smartphone.
Tergesernya nilai sosial budaya masyarakat akibat smartphone dibuktikan dengan perubahan kebiasaan dan pola hidup masyarakat misalnya, kebiasaan membaca buku yang berubah dengan membaca e-book, kebiasaan naik transportasi umum berubah menjadi kebiasaan menggunakan armada transportasi online, dan masih banyak lagi.
Hal-hal ini dapat terjadi karena kehadiran smartphone telah mambawa dampak yang ‘hebat’ untuk kehidupan masyarakat. Damapak-dampak yang dimaksud ada dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah kemudahan mendapatkan infomasi, memudahkan kegiatan bisnis, menghilangkan masalah jarak dimana masyarakat dapat saling berkomunikasi dengan lancar saat berbeda kota dan masih banyak lagi.
“Smartphone memang sangat memudah kan kita dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi,” ungkap Tia Ichwani selaku dosen FEB-UP.
Selain itu, Kintan Filania selaku mahasiswa juga menambahkan. Dengan adanya smartphone bisa membantu saya dalam mengerjakan tugas kuliah, memudahkan buat jualan juga via online, dan bias keep in touchs sama temen-temen lama bahkan yang jauh dari Jakarta.
Meskipun begitu, smartphone juga berdampak negatif bagi para penggunanya. Keberadaan smartphone membuat kepekaan pengguna terhadap lingkungan yang menjadi menurun.
“Smartphone bisa bikin orang jadi asik sendiri sama dunianya. Kadang orang-orang yang di kehidupan nyata malah dicuekin, lalu smartphone bisa bikin orang jadi lupa waktu dan lalai sama pekerjaannya,” lanjut Kintan.
Ibu Tia berpendapat bahwa ketergantungan terhadap smartphone berawal dari diri sendiri yang memang merasa butuh dengan smartphone. Meskipun begitu, sesuatu yang berlebihan tidaklah baik, maka perlu adanya pembatasan terhadap pemakaian smartphone terutama bagi mahasiswa.
Smartphone bisa mempermudah manusia dalam meraih kesuksesan sekaligus bisa menjadi boomerang bagi penggunanya. Maka dari itu, jangan biarkan smartphone menguasai diri kita. Tapi, kita jadikan smartphone sebagai batu loncatan untuk menaklukan dunia dengan lebih mudah.