Jakarta – Suara Ekonomi

Kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir makin mencemaskan, ditambah dengan munculnya varian baru, yaitu delta. Angka kematian yang kian tinggi membuat pemerintah mengambil tindakan dengan memberlakukan PPKM Darurat. Berbagai sektor pun ikut terkena dampaknya, salah satunya yakni pendidikan.

Dunia pendidikan adalah salah satu yang mengalami dampak adanya pandemi Covid-19. Tahun Ajaran 2021/2022 yang semula direncanakan bertatap muka, akhirnya harus melaksanakan pembelajaran daring kembali. Dengan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka ini tentunya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Baik itu dari kalangan orang tau maupun satuan tenaga pendidikan.

Ilustrasi Pembelajaran Tatap Muka ( Sumber: tvberita.co.id )

Pro dan kontra ini tentunya tidak bisa satu pihak atau instansi manapun yang memutuskan. Karena, pandemi Covid-19 merupakan bencana yang tidak satupun bisa memprediksinya. Bahkan negara maju sekalipun tidak pernah memperkirakan hal ini akan terjadi di dunia. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menilai sekolah daring terlalu lama, berisiko pada penurunan capaian belajar hingga putus sekolah. “Di berbagai macam daerah banyak learning loss yang dampaknya permanen,” ujar Nadiem Makarim yang dikutip dari laman detik.com.

Pembelajaran secara daring tentu memiliki banyak permasalahan, mulai dari keberadaan sinyal dan gawai yang tidak tercukupi. Tetapi, selain itu banyak hal lain di luar sana yang membuat pembelajaran secara daring kurang efektif. Bagi masyarakat perkotaan hal seperti ini sudah sangat wajar dilakukan sebelum adanya pandemi. Namun, tidak demikian halnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah-daerah pelosok. Di mana kondisi daerah mereka yang tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara daring.

Bagi para orang tua mereka mengalami tekanan atau keluhan pada saat pandemi seperti ini. Terutama kaum ibu yang harus mengurus rumah tangga dan juga mengajari anak mereka untuk belajar. Dengan mata pelajaran yang sudah lama tidak diikutinya, membuat orang tua mengalami kebingungan mengajarkan anaknya. “Kita sebagai ibu rumah tangga pastinya sangat kelelahan harus mengurus rumah tangga, serta mengajari anak-anak kita. Padahal mata pelajaran sekarang banyak yang berbeda dengan zaman kita masih sekolah pastinya kita sebagai orang tua sulit mengajari anak-anak kita belajar di rumah karena pandemi Covid-19 ini,” ungkap Bunda Ani selaku orang tua yang mengalami dampak tersebut.

Disisi lain, orang tua murid justru sangat mengkhawatirkan belajar tatap muka di saat pandemi ini. Para orang tua khawatir dengan protokol kesehatan yang diabaikan dan kebersihan lingkungan juga belum terjamin. Bukan tanpa alasan, anak-anak ketika bertemu dengan teman-temannya cenderung dipastikan akan berinteraksi dengan lingkungannya. Kewaspadaan terutama bersentuhan secara fisik tentunya sangat dikhawatirkan. Karena hal tersebut akan mudah menularkan penyakit, bahkan terutama Covid-19.

Kemudian, orang tua juga sulit memantau dan mengawasi interaksi anak dengan lingkungannya yang rentan dengan penularan Covid-19. “Kami sebagai orang tua sebenarnya sangat berharap anak-anak bersekolah dengan sekolah tatap muka. Lebih mudah menerima setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada anak-anak sekolah dan kami sebagai orang tua bisa fokus urus rumah tangga. Tapi, disatu sisi tentunya kami tetap mempunyai rasa takut dengan situasi Covid-19 ini yang membuat kami sebagai orang tua akan cemas dengan pelajaran tatap muka,” ujar Bunda Ayu selaku salah satu orang tua lainnya.

Dicky Budiman Selaku Pakar Epidemiologi Universitas Griffith Australia ( Sumber: rm.id )

Sementara pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut pelaksanaan sekolah tatap muka perlu dievaluasi secara berkala. Minimal dievaluasi setiap dua minggu sekali. “Sekaligus nanti memperhatikan misalnya setelah evaluasi dengan pakar kesehatan, perhubungan, perwakilan guru, dan orang tua juga aspek kepakaran lain,” tutur Dicky Budiman yang dikutip dari laman detik.com.

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan jika pembelajaran tatap muka dilaksanakan pada saat pandemi seperti ini. Menurut Dicky Budiman, para staf dan guru di sekolah wajib vaksin sebelum memulai sekolah tatap muka. Kemudian, perlu adanya pelaksanaan screening setiap hari demi memastikan kondisi dari para pengajar. “Apakah sudah aman dan terbukti efektif. Serta siswa juga apakah mulai siap dengan protokol kesehatannya secara baik,” sambungnya.

Reporter: Elvara Yestin Irianto

Editor: Arieza Rizki Sapdayarga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini