Jakarta – Suara Ekonomi
Pinjaman Online (Pinjol) telah menguncang dunia keuangan Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Pinjaman Online dengan kemudahan akses serta persyaratan yang minim telah menggoda banyak generasi muda untuk mencari solusi keuangan secara instan. Namun dibalik kenyamanan tersebut ada dampak serius yang perlu diperhatikan.
Di balik kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkannya, tak sedikit orang yang memanfaatkan produk pinjaman online ini dengan tidak bijak. Padahal, jika dibandingkan dengan pinjaman konvensional, pinjaman online memiliki tingkat suku bunga yang cenderung lebih tinggi dan tenor cicilan yang lebih ringkas.
Pada pinjaman online, biaya administrasi tidak transparan. Alhasil para nasabah berisiko harus membayar hutang lebih besar dari kesepakatan diawal. Selain itu, nasabah juga harus membayar biaya denda keterlambatan dan denda lainnya yang notabene tidak masuk akal.
Diteror Pinjol Ilegal. (Sumber : riaupos.jawapos.com).
Menurut laporan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), pada Juni 2023 lebih 60% total nasabah pinjol tersebut anak muda berusia 17-35 tahun. Ini mencerminkan popularitas yang tinggi dari pinjaman online di kalangan anak muda. Data ini mengungkapkan sisi gelapnya, yaitu lebih dari 50% dari nasabah pinjol di Indonesia yang bersiko gagal bayar atau masuk dalam daftar hitam kerdit.
“Generasi muda terjebak dalam pinjaman online sebab mereka mencari solusi secara instan untuk masalah dalam keuangan,” Pakar Ekonomi Dr. Maria Wijaya. Ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan, karen dapat merusak stabilitas keuangan dalam jangka Panjang.
Banyak korban bunuh diri dan stres karena terlibat dalam pinjaman peer to peer lending (P2P Lending). Salah satu korban bunuh diri adalah kasus driver ojek online yang meninggal karena stres ditagih oleh debt collector pinjaman online di fintech. Akibat pemberitaan itu, ada yang menyarankan agar fintech pinjaman online yang menyebabkan konsumen bunuh diri harus ditutup segera. Pasalnya, tekanan penagihan oleh debt collector-nya memicu stres konsumen.
Sementara itu, fakta-fakta lainnya tentang pinjaman online adalah banyak orang yang dihubungi fintech sebagai kontak darurat nasabahnya. Padahal, orang itu tidak mengetahui kalau dirinya dijadikan kontak darurat. Belakangan, kontak darurat ini akan menjadi “repot” karena akan dihubungi secara terus menerus oleh petugas penagih utang dari fintech, dan hal ini tentunya dirasakan sangat mengganggu.
Ada beberapa faktor yang memicu anak muda untuk mengambil pinjaman online, sebagai berikut:
- Kemudahan Akses: Pinjol menawarkan kemudahan dalam pengajuan dengan proses yang cepat. Hanya dengan smartphone, seseorang bisa mendapatkan pinjaman dalam hitungan jam.
- Persyaratan Minimum: Pinjol tidak memerlukan banyak persyaratan seperti jaminan atau pendapatan tetap. Hal ini memungkinkan mereka yang tidak memenuhi syarat di bank tradisional untuk mendapatkan pinjaman.
- Promosi dan Diskon: Pinjol sering menawarkan promosi yang menggiurkan, seperti bunga rendah atau bahkan tanpa bunga untuk peminjam baru. Ini memikat anak muda untuk mencoba.
- Teman Sebaya: Tekanan sosial juga memainkan peran penting. Jika teman-teman sebaya menggunakan pinjol, itu bisa menjadi dorongan bagi individu lain untuk ikut mencoba.
- Krisis Keuangan: Pandemi COVID-19 telah meningkatkan permintaan pinjaman karena banyak orang menghadapi kesulitan keuangan mendadak.
Ada dampak bahaya dari Pinjaman Online dalam jangka pendek dan Panjang, sebagai berikut:
Dampak Jangka Pendek :
- Terjebak dalam Spiral Utang: Banyak peminjam yang harus mengambil pinjaman tambahan untuk melunasi yang lama, menciptakan spiral utang yang berbahaya.
- Beban Bunga Tinggi: Pinjol sering mengenakan bunga yang tinggi, yang dapat membuat jumlah utang meningkat secara signifikan.
- Telemarketing Agresif: Beberapa pinjol menggunakan praktik telemarketing yang agresif dan ancaman untuk mendapatkan pembayaran.
Dampak Jangka Panjang :
- Merusak Catatan Kredit: Gagal bayar pinjol dapat merusak catatan kredit seseorang, yang membuatnya sulit mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan resmi.
- Stres Finansial: Hutang yang menumpuk dapat menyebabkan stres finansial yang parah, berdampak pada kesehatan mental dan fisik.
- Ketergantungan: Beberapa individu dapat mengembangkan ketergantungan pada pinjol sebagai sumber utama pendanaan mereka.
Membantu anak muda menghindari dari resiko pinjaman online, berikut beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan:
- Bank Konvensional: Meskipun persyaratannya lebih ketat, bank konvensional sering menawarkan suku bunga yang lebih rendah dan perlindungan konsumen yang kuat.
- Koperasi Simpan Pinjam: Koperasi sering menawarkan suku bunga yang lebih bersaing dan lebih ramah terhadap anggotanya.
- Fintech Terdaftar: Pilih platform fintech yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Pastikan untuk membaca syarat dan ketentuan dengan cermat.
- Kredit Pendidikan: Bagi mahasiswa, program kredit pendidikan yang lebih terjangkau dapat menjadi pilihan yang bijak.
Reporter : Noviana Suci Heatilia
Editor : Arum Amalia Sari