Pagi itu hujan sangat deras, dingin mendekap tubuhku dengan kuat. Alunan lagu nasional dan deretan kursi-kursipun menyambut kedatangan ku. Sekolah ku memang rutin memutarkan lagu-lagu nasional setiap pagi, namun kali ini ada yang berbeda, seorang laki-laki ikut menyambut kedatanganku.

Hey Keyla!” sapa Bagas.

Hey Bagas” balasku sambil tersenyum lebar.

Tumben, kok lo udah sampe kelas?” tanyaku sembari memperhatikan arah jarum jam ditangan ku.

Gue.. hm.. oke deh gue bakalan cerita sama lo.. sini duduk deket gue” jawab Bagas sambil memasang muka yang sedih.

Hm.. oke deh” aku pun menjawab sambil mengikuti langkah Bagas.

Bagas adalah salah satu temen sekelasku. Di sekolah bagas termasuk siswa yang sangat aktif dalam organisasi musik yang ia tekuni. Dan hari itu cukup mengejutkan  karena Bagas tak  biasanya datang sangat pagi.

Setelah mendengarkan ceritanya, ternyata ia sedang bermasalah dengan orang tuanya, ia dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu antara musik sebagai karirnya atau menjadi seorang businessman sesuai keinginan orang tuanya. Ia sangat mencintai musik tapi orangtua bagas sangat membenci itu. Bahkan ia pernah ikut berbagai perlombaan musik tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Orang tua Bagas sangat tidak menyukai bagas bermusik dengan alasan trauma karena, kakak Bagas yang masuk ke dalam dunia musik, namun malah menghancurkan kehidupannya. Ia menjadi suka mabuk-mabukan, mengganja sampai akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itulah orang tuanya selalu mengawasi bagas agar tidak seperti kakanya.

Ujian Nasional berakhir dan libur panjang pun tiba, namun Bagas masih belum bisa memutuskan pilihannya. Sampai waktunya untuk menunggu kelulusan dan sambil mencari kampus yang diinginkan, Bagas menggunakan waktunya untuk berlatih musik melalui band yang dibentuk bersama temannya. Hampir setiap hari ia berlatih dirumah teman atau di Studio Musik, dan  lagi-lagi orang tua Bagas tidak mengetahuinya.

Suatu hari ada festival musik disebuah kampus ternama, Bagas pun ikut perlombaan tersebut bersama teman. Mereka mendaftarkan diri sebagai peserta lomba. Bagas sangat antusias mengikuti perlombaan itu dan setiap hari ia terus berlatih dengan  teman-temannya.

Hari perlombaan pun telah tiba. Bagas dan teman-temanya sangat percaya diri dapat memenangkan lomba tersebut. Mereka berada diurutan ke 2 sesuai nomer undian. Akhirnya setelah cukup lama menunggu, giliran mereka untuk menunjukkan kemampuan. Bagas pun mulai menaiki panggung, namun tiba tiba ia mendengar seseorang meneriaki namanya.

“Bagas !!!” teriak seseorang.

Sangat tak disangka ternyata orang tua Bagas berada disamping panggung. Dengan sangat terkejut dan ketakutan Bagas pun akhirnya turun dari panggung dan menghampiri mereka.

Apa-apan kamu ini Bagas!”  ucap papa Bagas dengan  nada tinggi.

Mengapa kamu masih melakukan ini semua Bagas? Kamu kan tahu papa dan mama sangat tidak suka ini nak” sambung mama Bagas dengan nada kecewa.

Tapi.. tapi mah.. pah..” sahut Bagas terbata-bata.

Namun ia tak mampu melanjutkan kata-katanya karena tidak berani melawan orang  tuanya.

Pulang sekarang juga” Lanjut papa Bagas dengan raut wajahnya yang sangat marah.

Akhirnya Bagas pun pulang bersama orangtuanya dengan perasaan sangat kecewa, belum lagi ia harus menanggung malu dan merasa bersalah terhadap teman-temanya  terkait lomba hari ini, terlebih  mereka sudah mempersiapkan penampilanya dengan sangat matang.

Beberapa minggu kemudian ada perlombaan Musik yang diadakan di sebuah mall. Bagas mengetahui lomba tersebut dari pamflet yang menempel pada dinding-dinging jalan. Lalu ia mendatangi rumah temannya lagi untuk meminta maaf dan meyakinkan mereka bahwa kali ini akan berhasil mengikuti lomba. Akhirnya mereka memaafkan kesalahan Bagas dan mau untuk berkompetisi.

Bagas pun mendaftarkan diri sebagai peserta. Kali ini, ia mengirim pesan kepada orang tuanya sebagai tanda izin sambil meyakinkan mereka bahwa bermusik itu tidak selalu berdampak buruk pada kehidupan, musik juga bisa membawa kebahagiaan. Bagas juga menceritakan kepada mereka bahwa ia akan ikut berlomba lagi disebuah mall dan berharap mereka menyaksikan pertunjukan sampai selesai.

Tak disangka, orang tua Bagas datang saat Bagas mulai bermain. Mereka menyaksikan pertunjukan tersebut hingga selesai. Setelah pertunjukan berakhir, mereka pun bertepuk tangan sambil tersenyum penuh haru. Bagas beserta teman se-band nya pun turun dari panggung dan seketika orang tua Bagas pun menghampiri nya. Mereka tak menyangka bahwa selama ini Bagas benar-benar memiliki potensi dalam bidang musik. Lalu mereka pun menyetujui Bagas untuk terus bermusik bahkan, mereka juga bersedia jika Bagas memperdalam seni musiknya melalui kuliah di perguruan tinggi  musik terbaik di kotanya.

Penulis : Aryesti Pratiwi & Faisal Arif

Editor : Nurul Zahara