Jakarta – Suara Ekonomi
Bullying yang kerap terjadi di sekolah kini menjadi perhatian publik. Tidak memandang usia,bulliying mampu merenggut nyawa korban. Melalui fisik atau verbal, dampak yang diciptakan mampu mengganggu baik psikologis korban sampai kehidupan sekitarnya.
Salah satu kasus bullying terbaru adalah tewasnya MR, siswa SD berumur 11 tahun asal Banyuwangi. MR tewas dengan menggantung diri di kamarnya sendiri. Kasi Humas Polresta Banyuwangi, Iptu Agus Winarno, menyebutkan bahwa korban mengalami depresi karena kerap terkena bully oleh teman sebayanya lantaran sudah tidak memiliki ayah. Diduga bahwa MR sering terlihat murung sepulang sekolah.
“Berdasarkan keterangan keluarga, korban selalu mengeluh sering diolok-olok temannya kalau anak yatim, tidak punya bapak. Dan setiap pulang ke rumah selalu menangis dan dongkol,” kata Agus, Kamis (2/3) dilansir dari CNN Indonesia.
MR pertama ditemukan oleh ibu kandungnya W (50) dalam kondisi tergantung. Dibantu oleh kelurganya, W langsung membawa anaknya ke klinik terdekat, melihat bahwa masih ditemukan detak nadi pada MR. Tapi, saat dibawa dan dilakukan tindakan, MR sudah tidak terselamatkan.

Dari kasus ini, Iptu Agus mengimbau masyarakat untuk mencegah terjadinya kegiatan bullying, baik secara verbal maupun non verbal melalui media sosial atau secara langsung. Pasalnya, terjadinya perundungan merugikan bukan hanya pelaku melainkan korban, baik secara psikologis maupun hukum.
“Selain dapat merugikan korban perundungan, perbuatan bullying juga dapat merugikan diri sendiri karena bisa terkena jerat hukum pidana,” ujar Kasi Humas dilansir dari liputan 6.
Menurut (Unisef, 2017) setidaknya satu bentuk kekerasan telah dialami oleh dua dari tiga anak laki-laki atau perempuan berusia 13 sampai 17 tahun. Selain itu, tiga dari empat anak dan remaja yang menjadi korban kekerasan mengatakan bahwa teman sebayanya yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.

Adapun hal-hal yang bisa dilakukan jika seseorang terkena bullying (Setyorini, 2019)
1. Beri tahu orang dewasa yang dipercaya
Orang dewasa yang memiliki otoritas, seperti orang tua atau guru. Biasanya mereka memiliki solusi yang lebih baik untuk menangani jenis masalah ini tanpa membahayakan korban.
2. Abaikan Pelaku dengan sikap dingin
Dengan mengabaikan pelaku bully merupakan langkah awal untuk mematahkan intimidasi mereka. Hal tersebut karena pelaku senang jika ketika mereka melakukan perundungan, ada respon dari si korban.
3. Hindari konflik fisik
Jangan pernah menggunakan kekerasan atau intimidasi dalam melampiaskan emosi. Jauh lebih baik mengarahkan emosi ke arah yang lebih sehat dan melatih untuk mengontrolnya dengan baik.
4. Mencari teman yang bisa diandalkan
Mintalah teman yang dapat diandalkan untuk membuat merasa aman jika mengalami perundungan yang berbentuk rumor, fitnah, atau pengucilan. Ketika pelaku intimidasi membilly, maka jauhi situasi di mana korban sendirian.
5. Berbagi pengalaman pribadi dengan bullying
Bagikan emosi dengan orang lain. Kita mungkin merasa lebih baik setelah mendiskusikan pengalaman bully kita dengan seorang teman, guru yang dapat diandalkan, atau konselor. Teknik terbaik untuk mengatasi frustrasi dan kekhawatiran kita adalah dengan mengungkapkannya.
Reporter : Octa Hendryawan
Editor : Arum Amalia Sari