Jakarta – Suara Ekonomi
Gaya hidup frugal living atau hidup hemat menjadi tren kontroversial di kalangan Generasi Z saat ini. Konsep ini melibatkan pengelolaan keuangan yang bijaksana, mengutamakan penghematan, dan menghindari pemborosan. Banyak anak muda tertarik dengan gaya hidup ini karena meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, kebutuhan untuk mengelola uang, dan keinginan untuk menghindari tekanan konsumsi berlebihan.
Frugal living adalah cara hidup yang berfokus pada pengeluaran yang penting dan menghindari pemborosan. Melalui pembuatan anggaran, memprioritaskan pengeluaran yang benar-benar diperlukan, dan mencari cara untuk menghemat uang dalam kehidupan sehari-hari. Frugal living memungkinkan individu untuk mengelola keuangan mereka dengan bijaksana. Beberapa ciri khas frugal living antara lain adalah membawa bekal makan siang ke kantor daripada membeli makanan di luar, menghindari pembelian impulsif, dan memilih barang bekas yang berkualitas daripada barang baru yang mahal.
Seiring dengan popularitasnya, frugal living juga mendapatkan pro dan kontra di kalangan Generasi Z. Para pendukung frugal living berpendapat bahwa hidup hemat membantu mereka mengelola keuangan dengan lebih baik, menghindari hutang, dan menabung untuk masa depan. Mereka juga berargumen bahwa frugal living membantu mengurangi dampak negatif konsumsi berlebihan terhadap lingkungan dan mendorong pembelian yang lebih berkelanjutan.
Namun, di sisi lain, beberapa orang berpendapat bahwa frugal living dapat membatasi kebebasan dan kebahagiaan. Mereka berargumen bahwa hidup hanya untuk menghemat uang dapat menghalangi seseorang untuk menikmati hidup dan pengalaman yang sebenarnya. Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa frugal living tidak memperhitungkan perbedaan sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat. Tidak semua orang memiliki kesempatan atau kemampuan untuk hidup hemat dan beberapa orang mungkin merasa terjepit oleh ekspektasi ini.
Menurut Sarah Tan, seorang pakar keuangan pribadi, frugal living dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi Gen Z. “Dalam era yang penuh dengan tekanan konsumsi dan kebutuhan untuk terus membeli, frugal living adalah langkah yang sangat bijaksana. Dengan mengelola keuangan dengan hati-hati dan menghindari pemborosan, Gen Z dapat membangun kestabilan keuangan jangka panjang dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.”
Dalam kesimpulannya, frugal living menjadi tren gaya hidup yang kontroversial di kalangan Generasi Z. Dengan fokus pada pengeluaran yang penting dan menghindari pemborosan, frugal living memungkinkan Gen Z untuk mengatur keuangan mereka dengan bijaksana. Namun, seperti semua tren gaya hidup, frugal living juga memiliki pro dan kontra. Terlepas dari pendapat yang berbeda, penting bagi individu untuk menyesuaikan gaya hidup mereka dengan kebutuhan dan kemampuan mereka sendiri.
Berikut adalah beberapa contoh frugal living dalam kehidupan nyata:
- Membawa bekal makan siang ke kantor. Sebagai contoh frugal living, banyak orang Gen Z yang memilih untuk membawa bekal makan siang ke kantor daripada membeli makanan di luar. Dengan cara ini, mereka dapat menghemat uang dan juga mengontrol asupan makanan yang lebih sehat.
- Menggunakan transportasi umum atau bersepeda. Untuk menghemat biaya transportasi, banyak orang Gen Z yang memilih untuk menggunakan transportasi umum atau bersepeda daripada memiliki mobil pribadi. Selain menghemat uang, ini juga membantu mengurangi polusi udara dan dampak negatif terhadap lingkungan.
- Memilih barang bekas atau second-hand. Daripada membeli barang-barang baru dengan harga yang mahal, banyak orang Gen Z yang memilih untuk membeli barang bekas atau second-hand yang masih dalam kondisi baik. Ini tidak hanya membantu menghemat uang, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan limbah dan konsumsi berkelanjutan.
- Menghindari pembelian impulsif. Sebagai bagian dari frugal living, Gen Z cenderung menghindari pembelian impulsif. Mereka lebih mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya sebelum melakukan pembelian, menghindari belanja berlebihan, dan memprioritaskan pengeluaran yang penting.
- Memanfaatkan aplikasi diskon dan promo. Gen Z sering menggunakan aplikasi diskon dan promo untuk mendapatkan harga yang lebih murah saat berbelanja. Mereka mencari kode promo, voucher, atau program cashback untuk menghemat uang saat membeli barang atau menggunakan jasa tertentu.
- Membuat anggaran dan mengatur keuangan. Sebagai bagian dari frugal living, Gen Z sering membuat anggaran dan mengatur keuangan mereka dengan hati-hati. Mereka menentukan alokasi pengeluaran untuk kebutuhan utama, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi, serta memprioritaskan tabungan dan investasi untuk masa depan.
- Mengurangi konsumsi fast fashion. Gen Z cenderung lebih sadar akan dampak industri fashion terhadap lingkungan.
Dengan adanya gaya hidup frugal living ini membantu generasi muda menyadari bahwa hidup harus seimbang. Jangan terlalu boros agar dapat mencapai financial freedom di hari tua nanti. Di sisi lain, tidak ada salahnya melakukan transaksi untuk memenuhi hobi dan pengalaman. Tentunya tetap harus ingat, perlu adanya perencanaan keuangan yang seimbang antara kebutuhan, menabung, investasi, dan kesenangan pribadi.
Reporter : Renita Agustin
Editor : Kintan Gusti Pratiwi