Jakarta – Suara Ekonomi
Presiden Joko Widodo telah meresmikan atas pembangunan smelter PT. Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Proyek tersebut dibangun seluas 100 Ha, hal ini menjadikan smelter yang terbesar di dunia. Pembangunan smelter ini akan memerlukan dana berkisar hingga $600 Juta hanya untuk di tahap awal.
Smelter tersebut mulai dibangun dari Agustus 2020 dan ditargetkan selesai pada tahun 2023. Proses pembangunan smelter ini diperkirakan membutuhkan sebanyak 40 ribu tenaga kerja. Tak hanya itu, pembangunan smelter ini akan membutuhkan investasi kisaran sebesar Rp42 Triliun. Pembangunan smelter ini selain membutuhkan minimal 100 Ha, juga harus tersedianya pelabuhan yang menampung kapal seukuran 35 ribu deadweight. Serta juga membutuhkan infrastruktur pendukung lainya.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa pembangunan smelter ini bisa mendukung industri tembaga domestik. Hal tersebut lantaran Indonesia menguasai 51 persen saham Freeport. Diketahui smelter yang diusulkan ini bisa menghasilkan sebanyak 1,7 Ton konsentrat tembaga per tahun. Karena itu, Indonesia pun masuk dalam tujuh negara yang mempunyai cadangan tembaga terbesar di dunia.
Adanya infrastruktur ini, akan menarik investor dari dalam maupun luar negeri. Alhasil, karena daya tarik infrastruktur smelter tersebut, banyak industri yang tertarik untuk berinvestasi. Presiden berharap infrastruktur tersebut didukung penuh oleh semua pihak terkait. Baik dari instansi pemerintah terkait, pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan lainnya. Tentunya dengan adanya hal ini, akan tercipta kolaborasi yang cerdas dalam mengoptimalkan infrastruktur tersebut.
Terdapat beberapa fungsi smelter Freeport, yaitu untuk menumbuhkan usaha rantai pasok. Seperti, tumbuhnya industri hilir, menambah lapangan pekerjaan, menumbuhkan rasa keterampilan atas sumber daya manusia. Lalu, dengan pembangunan smelter merupakan cara terbaik dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian Indonesia ke depannya. Serta dapat merubah pandangan masyarakat tentang pertambangan itu hanya merusak ekosistem alam.
Dari segi perekonomian menyatakan bahwa nilai jual mineral akan jauh berubah sangat melesat. Hal itu jika pengolahannya sudah diolah dengan baik. Selain itu, nilai jual yang sangat meningkat serta pengotor konsentrat pun masih bisa sangat dimanfaatkan. Akan tetapi, terdapat banyak kendala atas pembangunan smelter, seperti perizinan pembangunan sangat sulit dilaksanakan. Lalu, keterbatasan biaya negara juga mempengaruhi atas hambatan pembangunan smelter ini. Serta, pembebasan bahan atau tanah tidak mudah, terbukti sudah sangat menjadi rahasia umum.
Nantinya hasil pembangunan smelter sendiri berupa bahan tambang seperti, biji besi, timah, nikel, maupun tembaga. Jika pembangunan proyek berjalan dengan baik, Indonesia akan menjadi supplier terbesar tembaga di dunia. Terlebih dilihat dari bukti yang ada, kini di Indonesia sangat banyak perusahaan tambang. Kemudian, tanah yang akan dibangun proyek, harganya pasti melambung pesat dari sebelumnya.
Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan smelter tembaga ini akan memiliki fasilitas hilirisasi tambahan pemurnian logam berharga (precious metal refinery). Dengan nilai investasi 200 Juta USD yang akan menghasilkan 35-54 Ton emas per tahun. Di mana harga emas saat ini berada di level 1.700 USD per troy ounce. “Jadi kalau produksinya 35 Ton, itu nilainya 1,8 Miliar USD. Kalau produksinya 50 Ton itu sampai 2,7 Miliar USD,” jelasnya yang dikutip dari laman voaindonesia.com.
Tetapi, pada smelter ini akan memiliki perbedaan dengan Freeport pertama yang ada di Indonesia. “Ada perbedaan Freeport pertama dengan smelter Freeport yang sedang dibangun, yaitu bedanya pada teknologinya. Karena tidak ada fasilitas, Smelter Freeport pertama tidak dapat memproses pemurnian lumpur anoda yang mengandung perak dan emas dengan demikian lumpur anoda tersebut diekspor,” ujar Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas yang dikutip dari laman medcom.id. Kemudian untuk proses pemurnian tersebut nantinya akan dibangun di Smelter Freeport baru. Karena hal itu, seluruh konsentrat tembaga PT. Freeport Indonesia diolah di dalam negeri. Tidak hanya menghasilkan katoda tembaga, tetapi menghasilkan perak dan emas tembaga.
Reporter : Naomi Rahma Sari
Editor : Arieza Rizki Sapdayarga