Jakarta – Suara Ekonomi
Senin (22/6/2020), jumlah kasus positif Covid-19 yang terkonfirmasi mencapai 46.845 di Indonesia. Terdapat pula penambahan sebesar 954 kasus. Pemerintah sudah menggalakan pola new normal pada awal Juni, meski masih terjadi penambahan kasus positif.
Presiden Joko Widodo, meminta agar pelacakan penyebaran virus corona lebih agresif dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan teknologi telekomunikasi seperti yang dilakukan Korea Selatan dan Selandia Baru.”Sekali lagi saya minta pelacakan secara agresif. Dilakukan lebih agresif lagi dengan menggunakan bantuan sistem teknologi telekomunikasi, dan bukan cara-cara konvensional lagi,” ujar Presiden Indonesia yang dikutip dari laman nasional.sindonews.com.
Jokowi menyebutkan, di Selandia Baru pelacakan warga terpapar Covid-19 menggunakan aplikasi digital diary atau diari digital. Sementara di Korsel menggunakan teknologi mobile Global Positioning System (GPS).Dilansir dari laman liputan 6.com, Jokowi mengatakan, “Kita lihat di negara-negara lain, misal di Selandia Baru, mereka gunakan digital diary. Kemudian Korea Selatan juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data, sehingga pelacakan lebih termonitor dengan baik,” katanya.
Selandia Baru dan Korsel diketahui termasuk negara yang dianggap berhasil dalam menekan laju penyebaran Covid-19. Selandia Baru sempat pula melakukan lockdown sebagai strategi menangani virus tersebut.
Sementara, Korsel memilih untuk melakukan tes massal dengan pembatasan di tempat-tempat umum. Salah satu kunci keberhasilan Korsel adalah melakukan identifikasi penelusuran penyebaran Covid-19 menggunakan GPS. Setelah menerapkan pemeriksaan massal, Korsel juga memperkuat sistem pelacakan orang yang diduga kuat terinfeksi corona. Perwakilan Korean Foundation untuk urusan Diplomasi Kesehatan, Dr. Youngmee Jee, menuturkan pemerintah Korsel memanfaatkan teknologi aplikasi dan sistem GPS. Dengan itu, membuat semakin mudah melacak pergerakan orang-orang terutama para pelanggar kebijakan karantina.
Serupa tapi tak sama, Selandia Baru menggunakan teknologi komunikasi berupa aplikasi ‘Diary Digital’. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah identifikasi penyebaran Covid-19. Cara ini juga amat membantu dalam penelusuran kontak orang-orang positif terkena virus corona.
Pemerintah Korea Selatan dan Selandia Baru memang telah berhasil menekan angka penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Per (21/6), jumlah kasus positif di Korea Selatan, menurut data John Hopkins University and Medicine, sebanyak 12.438 orang. Dengan pertambahan kasus harian tak lebih dari 50 orang per hari selama seminggu ke belakang. Angka ini jauh jika dibandingkan dengan Februari lalu ketika masa puncak penyebaran di negeri Gingseng. Yakni mencapai lebih dari 200 kasus per hari.
Selandia Baru kini mencatatkan 1.504 kasus positif Covid-19. Negara ini pun tak lagi mencatat kasus baru sejak 22 Mei lalu. Kasus terakhir tercatat pada 21 Mei, yakni 1 orang. Jauh di bawah Indonesia yang sampai berita ini ditulis telah mencatatkan 29 ribu kasus positif.
Presiden juga meminta agar manajemen data terkait Covid-19 diperbaiki menjadi lebih rapi dan satu pintu. Sehingga lebih mudah dalam menentukan langkah dan mengambil keputusan.“Berkaitan dengan satu data, seperti yang saya sampaikan pada ratas (rapat terbatas) Selasa lalu, bahwa manajemen untuk satu data ini diperbaiki,” ujarnya yang dikutip dari seputartangsel,pikiran-rakyat.com. Beliau ingin satu data tersebut benar-benar menjadi perhatian bersama seluruh pihak yang terkait dengan percepatan penanganan pandemi Covid-19. Ia juga ingin agar fokus diarahkan ke sejumlah wilayah dengan angka penyebaran yang masih tinggi.
Dengan begitu, katanya, dapat dilakukan pelaporan secara real time, dari laboratorium, Gugus Tugas, dan daerah-daerah. Sehingga dalam pengambilan keputusan atau kebijakan bisa tepat dan akurat.
Reporter : Alvita Ratnaduhita
Editor : Dinda Nadya