Jakarta – Suara Ekonomi

Ritual Thudong dapat diartikan sebagai praktik keagamaan yang berasal dari tradisi Buddhisme Theravada di Thailand. Dalam praktik ini, seorang biksu atau biksuni melakukan perjalanan untuk meningkatkan kesucian dan pemahaman spiritual mereka. Selama Thudong, para biksu biasanya melakukan meditasi, mempraktikkan kesederhanaan, dan bergantung pada derma masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Mereka mengunjungi tempat-tempat suci, termasuk kuil-kuil dan tempat alam yang terpencil. Tujuan utama dari Thudong adalah mencapai pembebasan dan pencerahan spiritual melalui kehidupan yang asketik dan berfokus pada praktik meditasi dan kerohanian.

Perjalanan biksu adalah perjalanan spiritual yang penuh makna dan dapat memberikan pengalaman yang mendalam bagi mereka yang melakukannya. Dalam proses perjalanannya, biksu Thailand biasanya melakukan perjalanan ke Borobudur melalui rute yang melibatkan perjalanan darat dan udara. Tradisi Thudong ini diawali dari Nakhon Si Thammarat, Thailand, pada 23 Maret lalu dan berujung di Candi Borobudur.

“Kalau yang perjalanan dari Thailand tanggal 23 Maret 2023. Kemudian dari sana jalan akan sampai Candi Borobudur. Rencananya mereka target ke Borobudur, perayaan Waisak, jadi targetnya begitu,” ujar Bhikkhu Dhammavuddho.

32 Biksu Dari Thailand Ke Borobudur Saat Ikuti Perayaan Waisak. (Sumber: Liputan6.com)

Ada beberapa rute perjalanan yang umum dilewati oleh para biksu, yaitu:

1. Bangkok, Thailand

Para biksu biasanya memulai perjalanan mereka dari Bangkok, ibu kota Thailand. Mereka dapat menggunakan transportasi darat atau udara untuk mencapai bandara internasional terdekat.

2. Penerbangan ke Yogyakarta, Indonesia

Dari Bangkok, para biksu akan terbang ke Yogyakarta, yang merupakan kota terdekat dengan Candi Borobudur. Terdapat penerbangan langsung maupun dengan transit dari Bangkok ke Yogyakarta.

3. Perjalanan darat ke Candi Borobudur

Setelah tiba di Yogyakarta, para biksu akan melanjutkan perjalanan darat menuju Candi Borobudur. Perjalanan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau bus.

4. Kunjungan ke Candi Borobudur

Setelah tiba Candi Borobudur, para biksu akan melaksanakan ritual keagamaan, meditasi, dan pemujaan di tempat suci tersebut. Mereka juga dapat mengunjungi kuil-kuil terdekat dan tempat-tempat spiritual lainnya di sekitar Borobudur.

5. Kembali ke Bangkok

Setelah menyelesaikan perjalanan mereka di Borobudur, para biksu akan kembali ke Bangkok, Thailand menggunakan rute yang sama seperti saat perjalanan berangkat.

Akan tetapi, perlu diingat bahwa rute perjalanan dapat berbeda-beda tergantung pada preferensi individu atau kelompok biksu yang melakukan perjalanan.

Di samping itu terdapat beberapa fakta menarik tentang perjalanan biksu yang memiliki penuh makna, seperti:

1. Thudong di Thailand

Praktik Thudong sangat populer di Thailand, di mana banyak biksu Theravada melakukan perjalanan keliling untuk mencari pemahaman spiritual yang lebih dalam.

2. Meditasi dan Kesederhanaan

Selama perjalanan, biksu mengutamakan praktik meditasi dan kesederhanaan. Mereka mencari tempat-tempat terpencil yang tenang untuk meditasi dan mengandalkan derma masyarakat untuk makanan dan kebutuhan sehari-hari.

Meditasi Yang Dilakukan Biksu. (Sumber: m.kumparan.com)

“Jadi sehari cuman sekali makan, melatih kesabaran dengan bayangan capek, sehari bisa berjalan minimal 30 km, 25-30 km. Kemudian mereka cuman satu kali dan panas, tutupnya pakai payung dan tinggal seadanya,” kata Bhikkhu Dhammavuddho.

3. Waktu Perjalanan yang Tidak Ditentukan

Perjalanan biksu tidak memiliki waktu yang pasti. Beberapa biksu mungkin melakukan Thudong selama beberapa minggu, sementara yang lain dapat melakukan perjalanan selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun.

4. Mengunjungi Tempat Suci

Selama perjalanan, biksu mengunjungi tempat-tempat suci seperti kuil-kuil, gua-gua, dan tempat alam yang terpencil. Mereka mencari tempat-tempat ini untuk mencapai kedamaian, kontemplasi, dan pemahaman spiritual yang lebih dalam.

Biksu Melakukan Ritual Di Tempat Suci. (Sumber: 123rf.com)

5. Penghargaan Alam dan Kehidupan Sederhana

Para biksu yang melakukan Thudong biasanya memiliki kecintaan yang mendalam terhadap alam. Mereka menjaga alam dengan tidak merusak lingkungan sekitar mereka dan hidup dengan sederhana, menghindari kepemilikan benda-benda materi yang berlebihan.

6. Pengalaman Belajar dan Berbagi

Selama perjalanan, biksu dapat belajar dari masyarakat yang mereka temui, serta berbagi ajaran Buddha dan praktik meditasi kepada mereka yang tertarik. Hal ini memungkinkan mereka untuk memperluas pemahaman agama dan memperdalam pengalaman spiritual mereka sendiri.

7. Penghargaan Terhadap Kehidupan

Thudong juga mengajarkan para biksu untuk menghargai kehidupan dengan lebih mendalam. Mereka melihat semua bentuk kehidupan sebagai berharga dan berusaha untuk menghormati dan melindungi semua makhluk.

Reporter : Octaviana Hendryawan

Editor : Priscillia Christy

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini