Jakarta – Suara Ekonomi.
Semakin berkembangnya zaman, semakin sulit pula mencari pekerjan. Dikarenakan lapangan kerja yang kurang memadai, ditambah lagi dengan minimnya pengetahuan. Dengan begitu, pekerjaan yang tanpa memerlukan keterampilan pun menjadi marak dikalangan masyarakat berkasta rendah. Salah satunya dengan memulung, memulung menjadi alternatif bagi mereka untuk bertahan hidup.
Pemulung adalah mereka yang bekerja dengan mencari barang bekas. Di Indonesia atau lebih spesifiknya di Jakarta, pekerjaan ini sangatlah banyak. Bukan hanya orang tua atau orang dewasa saja, remaja dan bahkan anak-anak kecil pun terpaksa harus menggeluti profesi ini.
Hal ini dipicu oleh tingginya tingkat kemiskinan serta kurangnya lapangan pekerjaan di Indonesia. Sehingga banyak dari mereka yang menganggur dan lebih memilih menjadi pemulung. Walaupun penghasilan memulung tidak seberapa, ini lebih baik daripada harus menggagur apalagi mengemis.
Farid, siswa Sekolah Dasar Bilangan Cibubur ini menjadi bukti bahwa keterbelakangan memang ada. Ketimbang menganggur atau mengemis diusia pelajar, ia memilih menjadi seorang pemulung. Meski ini bukanlah pekerjaan yang diharapkan.
“Saya sebenarnya tidak ingin menjadi pemulung, namun apa boleh buat tidak ada pekerjaan lain yang dapat saya lakukan selain memulung. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, mencari pekerjaan untuk seorang siswa sekolah dasar yang belum memiliki keterampilan apa-apa tidaklah mudah,” ucap Farid.
Meski memulung diusia sekolah, anak ketiga dari enam bersaudara ini juga tetap mengutamakan kegiatan bersekolahnya. Setelah kegiatan belajarnya selesai, barulah Farid memulai pekerjaannya tersebut.
“Saya mulung dari jam 1 siang, habis saya bersekolah. Saya sekolah juga biaya dari keluarga, Alhamdulillah, penghasilan sekeluarga walaupun 1 minggu hanya dapat 200 ribu tapi bisa untuk membayar sekolah saya,” lanjut siswa kelas 5 SD ini.
Walaupun hanya sebagai pemulung, Farid tetap menaruh cita-citanya setingggi langit dan ketika ditanya keinginanya dimasa depan, laki-laki 12 tahun ini menjelaskan suatu saat ia ingin menjadi polisi agar dirinya bisa mengatur lalu lintas sehingga dapat mengatasi kemacetan yang ada.
Farid adalah salah satu dari sekian banyaknya bukti nyata bahwa keterbelakangan di Indonesia telah merenggut hak-hak dari setiap anak. Semestinya mereka hanya perlu berfikir bagaimana cara belajar yang benar untuk menggapai cita-citanya. Namun kenyataannya, mereka juga harus menelan pahit akan hilangnya hak-hak itu.
Reporter : Rivaldi Hadi Wibowo dan Widya Nella Sari
Editor : Nurul Zahara