Jakarta – Suara Ekonomi.

Masa SMA atau lebih populer disebut dengan masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Mereka yang telah merasakan hal tersebut pasti akan setuju. Banyak hal berkesan untuk dikenang baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

Tentu saja remaja SMA pasti pernah mengalaminya. Mulai dari bolos sekolah, nongkrong di kantin, terlambat datang ke sekolah, tidak mengerjakan PR, menyontek saat ujian, dihukum di bawah tiang bendera, baju yang tidak pernah rapih, ramai saat guru tidak ada, kisah cinta anak SMA hingga masalah keluarga. Semua itu terangkum dalam kisah Nathan dan Salma.

Inilah beberapa informasi terkait Novel Dear Nathan

Judul novel : Dear Nathan
Penulis novel : Erisca Febriani
Penyunting buku : Maskur Priatna
Pemeriksa Aksara : Rahmia Mn.
Desain Sampul & Penata Isi : Rumah Desain
ISBN : 9786026940148
Format : Paperback,
Jumlah halaman : 520 halaman
Diterbitkan pertamakali tahun : 2016 oleh Best Media
Finished (cetakan ke-3) 27 Juni 2016
Genre : Romance, School Life
Age Range : Remaja

Salah satu isi dari novel Dear Nathan

Dimulai dari keterlambatan seorang gadis mengikuti upacara pertama di sekolah baru, yaitu Salma Alvira bertemu dengan seorang laki-laki yang membantunya menyelusup melalui gerbang samping.

Setelah di selidiki, lelaki itu ternyata bernama Nathan, yakni anak nakal yang sering menjadi bahan gosip murid-murid satu sekolah.

“ Di SMA kalau engga ada murid seperti Nathan mah nggak seru, belum terasa putih abu-abunya. Kalau semua anak di sekolah ini kalem, pasti ngga bakal rame.” – rahma – hal. 79.

Seperti apa hidup kita ke depan, tidak ada yang tahu seperti apa nantinya. Begitu juga dengan kehidupan Salma yang berubah drastis ketika dia pindah ke sekolah barunya yaitu SMA Garuda.

Teman-temannya tidak sealim seperti di sekolah lamanya. Beberapa dari mereka memiliki sifat emosional dan gaduh, termasuk Nathan.

Nathan tidak mengira akhirnya bisa jatuh cinta kepada Salma, anak baru yang nampak ingin menangis pada saat terlambat datang ke sekolah.

Kalau menurut Nathan, terlambat adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda apabila situasi itu dihadapi oleh wanita manis yang membuatnya berubah menjadi lelaki yang penuh perasaan.

“Meskipun saya tampangnya berandalan. Tapi saya amat menghargai wanita. Wanita itu seperti kaca, kalau retak ya bakalan retak seumur hidup dan ngga bakal bisa balik seperti semula. Gimanapun caranya.” – Nathan – hal. 95.

Nathan baru sadar, jatuh cinta kepada wanita lugu yang belum pernah pacaran jadi hal yang cukup menguras tenaganya. Awalnya ia sangat bersemangat mengejar cintanya.

Namun, apakah Nathan akan selamanya menikmati pengejaran cintanya jika Salma terus-menerus bersikap cuek kepadanya ?

“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah aku, kemanapun kamu pergi, hati itu pasti akan kembali kepemilik sejati dan Tuhan punya seribu satu cara untuk mempersatukan kita lagi. Tapi kalau bukan milik hati ku ? Tuhan juga memiliki banyak cara untuk menemukan kamu dengan yang lain.”- Nathan – hal. 486.

Tak hanya cinta yang memberi warna dalam kehidupan Nathan, tetapi ada juga masalah yang besar yang memang sudah lama dihadapinya, yaitu masalah keluarga yang sangat berat hingga Nathan merasa berat menanggungnya.

Kehilangan orang yang sangat di sayanginya, yaitu ditinggalkan oleh ayahnya, dan masih banyak lagi masalah-masalah yang dihadapi Nathan.

“Nath, dunia ini sudah penuh dengan kesedihan dan air mata. Seandainya kamu engga hanya fokus pada luka mu sendiri, ada banyak hal indah yang selama ini kamu lewati.” -Seli -hal. 473.

Novel Dear Nathan, kisah masa putih abu-abu sangat sweet hingga kamu akan merasa rindu dengan masa-masa SMA.

Jadi remaja memang bagian dari hidup yang takkan terlupakan. Masa-masa dimana kita menemukan jati diri, begitu ingin bebas lepas, dan baru mengenal tentang apa itu cinta.

Meski tema yang diusung memang sering kita jumpai pada novel lainnya, tapi karakter Nathan lah yang menjadi penilaian paling bagus dalam novel ini.

Penulis berhasil menciptakan seorang tokoh yang membuai para pembaca. Bagaimana dia bersikap, tingkah lakunya, kejahilannya, dan bagaimana cara Nathan ketika bersama dengan Salma semua terkesan sangat menarik.

Nathan, memanglah lelaki badboy namun bukan playboy. Rasanya jadi menemukan sebuah pemikiran baru kalau tidak semua badboy adalah playboy.

Anak-anak nakal seperti Nathan seharusnya bukan dimusuhi, karena selalu ada alasan yang membuat mereka tercipta sebagai anak yang nakal.

Banyak yang salah dalam memahami anak–anak seperti ini. Maka dari itu, anak nakal dimarahi bukannya membaik dan patuh justru semakin menjadi-jadi.

Karakter Salma yang lugu, pintar, manis dan memiliki jiwa yang halus, memang tampak kontra dengan Nathan, akan tetapi karena kontras jadi terasa semakin menarik.

Cover belakang novel Dear Nathan

Keunggulan Novel Dear Nathan

Saya sendiri suka dengan cara Salma bersikap saat berada di depan Nathan. Keluguannya mengatasi cinta pertama kali yang masuk ke dalam hatinya, membuat Salma jadi semakin manis dan pantas menjadi sasaran cinta Nathan.

Intinya, jika masalah karakter penulis sudah berhasil membuat karakter-karakter yang kuat, fokus hanya pada tokoh utamanya, untuk tokoh pendukung yang jumlahnya tidak sedikit, penulis dapat memberikan mereka ciri khas pada masing-masing tokoh.

Jalan cerita yang digambarkan dalam novel ini juga masuk akal. Tahap-tahap konflik dapat diceritakan dengan baik dan penyelesaiannya cukup jelas.

Banyak ilmu yang dapat kita ambil dari novel ini. yaitu tentang pengorbanan, tentang kasih sayang, persahabatan, bahkan tentang mau menerima kenyataan dan arti memaafkan.

Kekurangan Novel Dear Nathan

Kekurangan Novel Dear Nathan ini adalah cara penulis membuat narasi. Beberapa terasa berlebihan dan terkadang pemilihan diksinya terasa kurang pas.

Narasinya juga terlalu berputar-putar. Beberapa kata masih ada yang typo dan menggunakan kata yang tidak baku.

Novel ini memang berawal dari wattpad. Ada beberapa yang berubah dalam edisi cetakannya ini. Perubahan tersebut seperti beberapa nama teman Salma. Kemudian cara bicara Nathan kepada Salma yang menggunakan kata saya dan kamu.

Penggunaan kata saya dan kamu dirasa kurang pas bagi beberapa pembaca karena cara bicara Nathan yang menggunakan saya dan kamu, bukan menimbulkan sosok Nathan sesungguhnya.

Sebenarnya, jika beberapa hal di atas lebih diperhatikan saat dalam proses editing, pasti novel ini akan termasuk dalam sejarah novel best seller Indonesia.

“…hidup ini ibarat bumbu. Kalau semuanya manis, enggak bakal nikmat. Tapi, Tuhan sengaja memberikan percikan-percikan pedas dalam hidup, supaya kamu tau gimana sensasi nikmatnya”

Reporter : Dinda Ayu dan Putri Nurhaliza

Editor : Theresia Daeli