Jakarta – Suara Ekonomi
Bank Dunia memprediksi bahwa akan terjadi resesi di tahun 2023 mendatang. Banyak sekali faktor yang mengakari hal tersebut dan mempengaruhi dunia, khususnya negara berkembang seperti Indonesia.
Melansir dari (Surya, 2022) resesi merupakan situasi dimana Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil-nya bernilai negatif dalam kurun waktu dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Situasi ini tentu saja menjadi pertanda buruk bagi perekonomian setiap negara. Tak hanya itu, kemunculan resesi global ini bersamaan dengan terjadinya pandemi COVID-19 memperburuk PDB Indonesia.
Mengapa COVID-19 menjadi penyebab terjadinya resesi global? Hal ini dikarenakan pandemi yang berkepanjangan telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Sehingga, terjadi perubahan kegiatan jual beli di tengah masyarakat yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi global mengalami kontraksi.
Pandemi COVID-19 yang telah menghantam masyarakat sejak tahun 2019 telah memberikan perubahan yang begitu besar dalam berbagai aspek. Tak hanya kesehatan melainkan juga meluas ke aspek-aspek lain, seperti sosial hingga ekonomi. Sehingga, hal tersebut menjadi salah satu penyebab atas berpotensinya terjadi resesi global tahun 2023 mendatang.
Penyebab kedua adalah terjadinya konflik antara Rusia dan Ukraina. Tak selesai dengan persoalan pandemi COVID-19, kita kemudian dihadapkan situasi panas akibat perang Rusia dan Ukraina. Konflik antara kedua negara ini sangat mengganggu rantai pasokan global. Alhasil terjadi krisis utamanya di sektor pangan dan energi.
Saat ini, pembahasan mengenai resesi semakin marak dibicarakan di berbagai platform media sosial. Apalagi berdasarkan prediksi Bank Dunia yang menyebutkan jika kemungkinan dunia internasional akan mengalami terjadinya resesi global. Prediksi Bank Dunia tersebut secara rinci dijelaskan dalam tulisan bertajuk “Is a Global Recession Imminent?”.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terancam akan resesi global. Hal ini dikarenakan Indonesia menjadi negara dengan kasus pandemi COVID-19 terbesar di dunia. Kasusnya mencapai angka 6,46 juta dan 158.000 korban jiwa (Our World Data, 2022). Tingginya kasus pandemi COVID-19 Indonesia tentu berimplikasi besar terhadap perekonomian, apalagi pada akhir tahun 2020. Selain itu, sebagai negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga sangat berdampak akibat invasi Rusia ke Ukraina. Terbukti sebagaimana tingginya harga minyak yang sangat tinggi karena isu kelangkaan minyak.
Dampak dari resesi global ini tentu sangat besar bagi masyarakat. Salah satu dampak nyatanya adalah sulitnya mendapatkan kebutuhan hidup dikarenakan harga yang semakin tinggi. Namun, pendapatan justru menurun. Untuk mengantisipasi terjadinya resesi global yang begitu parah, pemerintah Indonesia sebaiknya sudah mempersiapkan berbagai langkah.
Langkah pertama ialah mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional dengan sigap dan aktif, dimana termasuk upaya merealokasi anggaran secara maksimal. Selanjutnya, pemberdayaan UMKM sebagai bentuk usaha untuk memperkuat ekonomi domestik. UMKM telah menjadi unit terkecil di bidang ekonomi Indonesia namun memberikan peran yang begitu besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Apalagi, saat ini kehadiran UMKM semakin bertambah menjadikan kehidupan UMKM sebagai alat vital perekonomian Indonesia.
Resesi memang telah menjadi ancaman yang begitu nyata bagi negara-negara di dunia. Menghadapi situasi ini, sudah sepatutnya terjalin kerja sama antara pemerintah dan masyarakat agar perekonomian Indonesia semakin kuat untuk segala ancaman yang akan datang.
Reporter : Nurkholiffah
Editor : Kintan Gusti Pratiwi