SEBINGKIS PUISI PAGI

0
1472

Jakarta – Suara Ekonomi

PUISI PAGI INI

Mulai dari rambut indah yang kau tutup dengan kain bermotif warna

hingga ujung kuku kakimu yang kau rawat

secara rapi dan sempurna

Kelopak matamu, diam tersimpan mimpi

kemudian dikemas sepanjang hari dan

kau curahkan pada lentik jari –jari

Kau sengaja bermain dan menari

ketika awan putih diintip cerahnya matahari

Manis bibirmu yang saat bicara

Kata menjelma doa, kau lantunkan irama aksara romantika

Hingga daun serta krikil di jalan bersuka cita dan berpesta

legit pipi lucumu seolah menghibur

bagi kunang – kunang yang pamit dan kabur

setelah berbaring tidur di lapisan atap bintang bertabur

segenap tentang dia

pada penggalan bait, ku persembahkan huruf lirih yang selalu memberi

secangkir motivasi tersentuh inspirasi yang menghapus hatinya dari sepi

“Selamat Pagi ”, ucapku untukmu seorang diri

PUISI PAGI INI

Aku tahu,

Saat ini kau sedang di depan layar bersegi panjang sembari duduk

merapikan dokumen, menelefon soal tagihan, operasional, hingga keluhan

mungkin kau tersenyum, namun tidak sering juga bersedih saat tugas menumpuk

Tapi, puisi pagi ini akan memeluk jiwamu dari hari hari buruk

Aku tahu,

kau sedang fokus, sibuk, terus ,dan selalu sibuk

terkadang aku cemburu,, bukan padamu melainkan pada rutinitasmu yang selalu kau

prioritaskan dibandingkan sajak – sajak dariku yang tak pernah berkeluh kesah

merebahkan letihmu dan meningkatkan gairahmu setiap lini masa

Aku tahu,

Saat membaca untaian kalimat ini seluruhnya

Kau mulai tersenyum hingga tersipu malu

untuk memunculkan barisan gigi

yang teramat ku kagumi

Aku tahu,

Pada puisi pagi ini juga ku sematkan doa untuk harimu

Tidak hanya detik ini namun juga sampai penghujung waktu

Dalam sunyi ku dengar melalui nada berbisik rindu

“aku akan menemaninya , hingga masehi tak terhitung,” tanggap semesta atas Doa yang

kukirim pagi ini ketika di antara kedua lengan menghadap Sang Pencipta.

PUISI PAGI INI

Aku menuliskan namamu pada puisi pagi ini

Yang damai dari aksi vandalis demonstrasi

Yang sejuk dari udara penuh polusi

Yang hening dari bising kemacetan dan riuhnya transportasi

Yang asri dari perkebunan dan lahan lahan penghijauan yang kini tidak sedikit dieksploitasi

Aku menuliskan namamu pada puisi pagi ini

Tanpa tekanan untuk mengilustrasikan berbagai ekpresi

Tanpa tekanan pula dibandingkan dengan kebebasan dalam demokrasi

Lebih terbuka dan transparan dari pelaksanaanya sebuah konstitusi

Dan lebih romantis dari para penyair klasik yang gemar menulis puisi

Pada puisi pagi ini,

Namamu telah terbentuk menjadi

bait bait megah yang terangkum dari segala aktivitasmu

kemudian aku susun lengkap serupa kalimat indah tanpa sedikit pun hilang darimu

Sejak itu puisi pagi ini tak pernah usang

selalu ada dan tak pernah terkikis hingga zaman telah habis

pada puisi pagi ini,

aku inging menghapus kata “pada”

diantara pagi pagi selanjutnya untuk kau simpan.

Muhammad Irfan Fauzi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini