Jakarta – Suara Ekonomi
catatan Seorang Demonstran mengisahkan tentang perjalanan hidup Soe Hok Gie. Seorang pemuda keturunan Cina yang menggagas perubahan sosial bersama kawan mahasiswanya. Buku ini ditulis berdasarkan catatan-catatan harian yang ditulisnya. Melalu catatan hariannya, ia menggambarkan pemikirannya ketika hidup di zaman orde lama.
Ketika masih belajar di bangku sekolah, Gie lebih mementingkan proses pembelajaran dengan kegembiraan. Ia belajar bukan hanya untuk sekedar mendapatkan nilai bagus. Setelah lulus SMA, Gie melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Indonesia.
Selain sebagai mahasiswa, Gie juga sibuk dalam memikirkan bangsa ini. Berbeda dengan mahasiswa masa kini yang kebanyakan hanya memikirkan tentang nilai akademik dan merasa acuh terhadap kondisi bangsa yang saat ini sedang terjadi.
Pemahaman Gie tentang sejarah, politik, ekonomi tumbuh saat remaja ketika Indonesia berada dalam masa paling kritis, gelap, bahkan mencekam sepanjang negara ini didirikan. Pada saat itulah ia kerap menulis kritik keras terhadap pemerintah. Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran masyarakat dalam memahami masalah di negaranya. Sehingga nantinya dapat terlibat dalam menentukan arah hidup bangsa ini.
Ketika pada masa orde lama, Gie sering sekali mengkritik pemerintahan era Soekarno. Ketajaman tulisannya mampu membuat para politikus saat itu gusar. Gie tidak pernah asal dalam menulis dan ia bukan tipe mahasiswa yang hanya asal kritik. Dia benar-benar tahu situasi atau masalah yang ketika itu sedang dialami. Dan yang terpenting, Gie tahu benar apa yang sedang ia perjuangkan.
Presiden Soekarno ketika itu bisa dibilang sebagai pahlawan nomor satu, sebagai bapak proklamator yang telah memperjuangkan kemerdekaan sekaligus sebagai presiden pertama Indonesia. Namun kepemimpinannya bukan tanpa cacat. Kebijakan-kebijakan politiknya banyak dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya yang membawa kepentingan pribadi dan kelompok. Gie pada saat itu jelas menentang Soekarno tapi bukan berarti Gie tidak menghormati Soekarno. “Saya kira saya menyukai Soekarno sebagai seorang manusia, tapi sebagai seorang pemimpin, tidak!” tulis Gie pada catatannya.
Setelah Soekarno dapat digulingkan, Indonesia mengalami masa-masa mencekam pasca peristiwa Gerakan 30 September. Masyarakat hidup dalam ketakutan. Media pun diam dalam mengungkap suatu kebenaran. Lalu munculah Soe Hok Gie yang dengan berani membeberkan peristiwa pembunuhan di Bali oleh rezim orde baru. Bagi Gie apa yang ia lakukan adalah sebagai seorang intelektual, yang berani menyatakan kebenaran.
Ketika ada teman dari Amerika yang menulis surat bahwa ia adalah seorang pejuang yang sendirian, Gie menjawab, “Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka.”
Lewat buku ini, ia telah membuat sadar akan pentingnya peran mahasiswa bagi negara. Cara berjuang mahasiswa pada masa Soe Hok Gie mungkin tidak bisa disamakan dengan bagaimana cara mahasiswa sekarang melakukannya. Tetapi prinsip mereka tentang peran mahasiswa harus dapat dipegang teguh. “Kita, generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua, seperti… Kita lah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia,” salah satu kutipan yang terdapat pada catatannya.
Di lain sisi, dalam buku ini dikisahkan bahwa Gie dan kawan-kawannya memiliki hobi naik gunung. Bersama dengan Herman Lantang, Koy Gandasuteja, dan lainnya mereka merupakan pendiri MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) UI. Salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang sampai sekarang masih aktif.
Soe Hok Gie meninggal pada tanggal 19 Desember 1969. Ketika itu ia sedang mendaki Gunung Semuru. Gie bersama temannya Idhan Lubis meninggal di puncak Mahameru karena menghirup gas beracun.
Untuk masalah percintaan bagi seorang Soe Hok Gie, ia sangat payah pada urusan itu. Gie dikenal sebagai pemalu dalam hal mendekati wanita. Tapi di satu sisi ia adalah pria yang romantis.
Informasi terkait buku Catatan Seorang Demonstran
Judul : Catatan Seorang Demonstran
Penyunting : Ismid Hadad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, Ismet Nasir, dan Daniel Dhakidae
Penerbit : LP3ES, anggota Ikapi
Tebal buku : xxx + 385 hlm.
Dimensi : 15,5 x 23 cm
Cetakan : Ketigabelas, Desember 2013
ISBN : 978-979-3330-33-3
Penulis: Arif Himawan
Editor: Winda Maharani