Jakarta – Suara Ekonomi
Pandemi Covid-19 tidak hanya mewabah bagi sektor kesehatan, tetapi berdampak juga pada industri pariwisata. Saat ini, pemerintah tengah melakukan uji coba untuk membuka kembali destinasi tempat wisata di Indonesia. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan salah satu tempat wisata yang tutup akibat Covid-19.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan terletak di Jagakarsa, Jakarta Selatan ini sudah dibuka kembali melalui tahap uji coba. Pelaksanaan uji coba untuk wisatawan umum dimulai sejak tanggal 25 September 2021. “Untuk wilayah Jakarta (yang dapat ikut uji coba) adalah Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, (dan) Kampung Budaya Betawi Setu Babakan,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing pada Senin (13/10), yang dikutip dari laman Kompas.com.
Dibukanya kembali Setu Babakan pastinya perlu melalui tahap tertentu. Di antaranya memiliki sertifikasi Clean, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Sertifikasi tersebut didapatkan melalui website resmi kemenparekraf.go.id dengan mengisi persyaratan–persyaratan yang sudah ditentukan. Seperti, melalui proses audit atau penilaian oleh Lembaga Sertifikasi yang ditunjuk.
Sertifikasi ini diberikan kepada pemilik/pengelola usaha dan destinasi untuk menjamin keselamatan wisatawan. Seperti, terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan. Uji coba pembukaan Perkampungan Budaya Betawi hanya boleh pada Museum Betawi saja. Serta, untuk mengunjungi area luar Perkampungan Budaya Betawi hanya dengan secara terbatas.
Sertifikasi CHSE ini didapatkan tidak untuk keseluruhan yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Melainkan, ditetapkan setiap destinasi dan lokasi serta sesuai instruksi dari Pemprov DKI Jakarta dan Kemenparekraf. Saat ini, area danau belum boleh dikunjungi, hanya Museum Betawi yang baru mendapatkan sertifikasi. “Selama uji coba hanya museum saja yang dibuka untuk kunjungan. Kawasan danau belum dibuka, ini yang lewat-lewat hanya masyarakat setempat saja,” ujar seorang petugas yang berjaga di pintu masuk via jalur dekat rumah adat Betawi yang dikutip dari laman Kompas.com.
Museum Betawi dibuka pada hari Selasa-Minggu mulai dari jam 09.00-16.00 WIB. Sedangkan tempat yang lainnya masih belum mendapatkan izin dimanfaatkan untuk perawatan museum. Walaupun sudah dibuka kembali, ternyata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan masih sepi pengunjung. Hal ini diungkapkan oleh penjaga museum bernama Wardah. “Hingga tadi total kunjungan dari pagi pukul 09.00 WIB saya hitung hanya ada 30 pengunjung,” ujarnya yang dikutip dari laman Kompas.com.
Wardah juga menjelaskan bahwa selama uji coba pembukaan, kunjungan wisatawan ke Museum Setu Babakan berbeda jauh sebelum pandemi Covid-19. Lebih lanjut, kunjungan wisata juga dibatasi hanya bisa di lantai 1 saja. Sementara lantai 2 ditutup untuk saat ini dan tingkat 3 tengah direnovasi. Selain itu, diterapkan juga pembatasan untuk mengunjungi Museum Betawi, yaitu 25 persen dari kapasitas. Hal ini dilakukan guna mencegah adanya kerumunan wisatawan yang dapat menimbulkan penularan Covid-19.
Jika ingin berwisata ke Museum Betawi terdapat persyaratan yang harus dipenuhi. Yakni mematuhi protokol kesehatan 5M dan sudah melakukan Vaksinasi. 5M sendiri meliputi memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan pengunjung, dan mencuci tangan dengan sabun. Tak lupa, pada saat masuk ke Museum Betawi wajib scan barcode melalui aplikasi PeduliLindungi.
Bagi wisatawan yang belum divaksinasi diwajibkan membawa surat keterangan dokter. Serta, dibuktikan dengan Swab terakhir dan wajib menunjukkan RT-PCR yang tertera dalam akun PeduliLindungi. Selain itu, wisatawan belum boleh membawa anak usia dibawah 12 tahun. Serta, wisatawan umum diimbau untuk membawa bekal sendiri jika berkunjung ke area Perkampungan Budaya Betawi. Karena, saat ini para pedangan belum diizinkan untuk berjualan, kecuali warga setempat.
Reporter : Nanda Jeri
Editor : Arieza Rizki Sapdayarga