Jakarta – Suara Ekonomi.

Sebagai makhluk hidup sudah sewajarnya kita memberikan dan membutuhkan bantuan kepada sesama makhluk hidup lainnya. Dari hal besar sampai hal sekecil apapun akan sangat berarti bagi siapapun yang membutuhkan. Untuk melakukannya pun tidaklah sulit siapapun, kapanpun dan dimanapun yang kita berikan dapat berguna bagi sesama. Memberikan kebaikan tidak melihat soal uang, fisik, mental, dan dalam bentuk lainnya. Seperti kegiatan yang dilakukan oleh gerakan sosial berbagi nasi.

Berbagi nasi adalah gerakan sosial yang bergerak untuk memberikan nasi bungkus beserta lauk pauk sehari-hari kepada sesama yang nasibnya kurang beruntung. Berdirinya berbagi nasi ini berasal dari Bandung pada tahun 2012 dan di selenggarakan oleh beberapa pemuda. Diantaranya Danang, Abu Marlo, dan Nayaka Untara berawal dari keisengan saat sedang berkumpul salah seorang memberikan ide untuk memberikan nasi kepada homeless dan orang yang kurang beruntung. Akhirnya, kegiatan ini terus menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan setiap malam minggu dan menjadi kegiatan positif yang awalnya sekedar berkumpul. Selain di Bandung, terdapat 50 kota di Indonesia yang aktif melakukan kegiatan ini seperti Bekasi, Depok, Batam, Kudus, Jakarta dan kota-kota lainnya.

Sebelum kegiatan membagikan nasi

Di Jakarta sendiri gerakan sosial ini sudah mulai melakukan kegiatannya pada Desember 2012, yang berpusat di Rawamangun, Jakarta Timur. Kegiatan positif ini rutin dilakukan setiap minggunya yaitu Jakarta Pusat pada hari Kamis, Jakarta timur, Utara dan selatan dilaksanakan pada hari Jum’at dan Jakarta Barat setiap malam minggu. Saat ini berbagi nasi di Jakarta memiliki kurang lebih 200 para pejuang nasi sebutan untuk anggota. Biasanya mereka memberikan nasi bungkus kepada homeless, pemulung, dan para pekerja di jalanan. Tidak hanya berbagi nasi saja, gerakan sosial yang sudah berumur 4 tahun ini juga sering memberikan pakaian layak pakai, obat-obatan, alas tidur, dan melakukan kegiatan sunatan massal untuk 100 orang yang tidak mampu.

Kegiatan berbagi nasi ini juga punya keunikan tersendiri contohnya yang pernah mereka jalankan yaitu hari valentine. Biasanya mereka memberi coklat atau bunga ke pasangan, tetapi pada valentine ini mereka mengganti nama gerakannya dengan hari nasi sayang. Dalam kegiatan ini mereka membagikan nasi sebanyak 1400 nasi sesuai tanggal dan semua nasi tersebut habis di satu tempat yaitu Jakarta pusat saja.

Gerakan berbagi nasi ini tidak berjalan pada bulan ramadhan, karena sudah banyak yang memberikan nasi tetapi mereka tetap meminta, alhasil banyak sekali nasi yang terbuang karena para homeless memilih makanan yang menurut mereka enak dan sisanya dibuang. Dari situlah mereka off saat bulan puasa. Mereka lebih memilih untuk ke panti asuhan atau panti jompo untuk makan bersama dan juga memberikan pakaian atau barang yang masih layak kepada mereka.

Kegiatan ini membuka peluang sebesar-besarnya untuk para calon pejuang nasi yang ingin ikut bergabung secara sukarela. Para calon pejuang nasi hanya perlu datang untuk membantu dan jika mampu datang membawa nasi. Ketika berada pada saat kesusahan dan tidak punya apa-apa pasti siapapun merasakan kesulitan. Itulah alasan salah satu anggota aktif Jarwo (27) untuk bergabung, meski bekerja di salah satu perusahaan swasta ia tetap bersemangat menceritakan setiap kegiatan yang dia lakukan bersama para pejuang nasi lainnya.

Para anggota berbagi nasi di Jakarta Timur

Harapan para pejuang berbagi nasi ini sebenarnya diluar dugaan yaitu mereka ingin kegiatan ini segera berakhir atau bubar, karena mereka ingin tidak ada lagi orang-orang yang kelaparan di luar sana. “Kita sering berbicara ini yang terpenting adalah kita harus memutus rantai kemiskinan dari mereka, jadi banyak anak mereka yang tidak sekolah karena membantu orang tua mereka seperti memulung dan orang tua itu sendiri pun monomer 2 kan sekolah karena mereka berfikir untuk makan sehari-hari saja susah apalagi menyekolahkan anak,” ujar jarwo.

Ketika ditanya mengapa menolong orang lain dengan memberi nasi. Walaupun nasi bahan paling mudah yang kita temui sehari-hari tapi tidak dengan mereka yang sangat membutuhkan nasi “Meski terlihat sepele memberikan makanan yang sehari-hari kita makan, ternyata sangat berharga bagi mereka. Karena tidak semua masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta dapat makan dengan baik yaitu 3 kali sehari. Karena nasi paling mudah untuk dapat kita bantu dan merupakan kebutuhan vital yang tidak bisa di tunda.” ujar laki-laki kelahiran tegal. Bagi siapapun yang ingin menyumbangkan rezekinya melalui berbagi nasi dapat menghubungi mereka di belakang Rabbani Rawamangun, Jakarta Timur. Sedikit dari kita berarti untuk mereka, begitu bunyi jargon gerakan berbagi nasi ini.

Reporter : Sergian Dio Wepta dan Winda Maharani

Editor : Theresia Somasiga F. D.