Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek, Prof. Abdul Haris menekankan pentingnya peran pimpinan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan pendidikan di Indonesia.
Menurut Haris, pemimpin perguruan tinggi harus mampu memberikan solusi atas tiga hal, yakni masalah ketimpangan akses, ketimpangan kualitas, dan relevansi.
“Ketiga hal ini adalah ujung tombak bagaimana tantangan penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Bapak Ibu adalah calon pemimpin manajemen dari perguruan tinggi harus bisa memberikan solusi atas tiga permasalahan tersebut,” kata Prof. Haris dikutip dari laman resmi Ditjen Dikti Kemendikbud, Minggu (4/8/2024).
Ada hal yang harus diperbaiki perguruan tinggi.
Prof. Haris mengatakan, ketimpangan kualitas menjadi hal yang harus diperbaiki oleh perguruan tinggi.
Mengingat implementasi kebijakan seperti Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi atau kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) tidak bisa diterapkan secara merata di semua perguruan tinggi karena perbedaan karakteristik masing-masing kampus.
Oleh karena itu, ia menekankan perlunya standar kualitas yang sesuai dengan kondisi setiap universitas, baik dari segi infrastruktur (hardware), sumber daya manusia (humanware), maupun jaringan (netware).
Selain itu, relevansi pendidikan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri.
“Relevansi itu terkait produk dan outcome yang harus dimiliki perguruan tinggi. Pertama, relevansi dari sisi kelulusan. Kemudian, yang kedua dari sisi produk dari riset dan inovasi,” ujarnya.
Prof. Haris juga menekankan pentingnya pemahaman situasi dan solusi kreatif untuk mengatasi tantangan besar dalam pendidikan tinggi.
Menurut Prof. Haris, universitas tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer pengetahuan (knowledge transfer), tetapi juga sebagai pencipta pengetahuan baru.
Maka dari itu, ia berharap para calon rektor dan pemimpin perguruan tinggi dapat berperan sebagai Academic Leader dan entrepreneur.
“Rektor harus memiliki visi pengembangan pendidikan dan mampu untuk mencapai tujuan tersebut,” ucap dia.
Kepemimpinan Akademik dan Administratif:
- Visi dan Misi: Rektor bertanggung jawab untuk menetapkan visi, misi, dan tujuan perguruan tinggi, serta memastikan bahwa semua program dan kegiatan akademik selaras dengan tujuan tersebut.
- Pengambilan Keputusan: Rektor membuat keputusan strategis yang mempengaruhi seluruh aspek perguruan tinggi, termasuk kebijakan akademik, keuangan, dan operasional.
Inovasi dan Adaptasi:
- Teknologi: Mengadopsi teknologi baru untuk meningkatkan efisiensi operasional dan kualitas pembelajaran.
- Adaptasi: Menyesuaikan strategi dan kebijakan dengan perubahan lingkungan eksternal, termasuk kebijakan pemerintah dan perkembangan industri.
Pengembangan Kapasitas dan Kompetensi:
- Pelatihan dan Workshop: Kemendikbud menyelenggarakan pelatihan dan workshop bagi rektor dan calon rektor untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam manajemen pendidikan tinggi.
- Program Kepemimpinan: Mengadakan program kepemimpinan khusus yang mencakup topik seperti manajemen strategis, pengelolaan sumber daya, dan inovasi dalam pendidikan.
- Digitalisasi Pendidikan: Perlu mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran dan administrasi.
- Adaptasi Kurikulum: Menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri.
- Kualitas dan Relevansi: Menjamin kualitas pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
- Peningkatan Sumber Daya Manusia: Melatih dan mengembangkan kompetensi dosen dan staf pendukung
- Kerjasama Internasional: Meningkatkan kolaborasi dengan institusi pendidikan dan penelitian internasional.
- Kesejahteraan Mahasiswa: Menyediakan dukungan psikologis dan fasilitas yang memadai bagi mahasiswa.
- Program Kampus Merdeka: Program ini bertujuan memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi selama tiga semester, yang mencakup magang, proyek desa, dan studi di luar negeri. Ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengalaman praktis mahasiswa.
- Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kemendikbud bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mengembangkan kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi. Ini termasuk integrasi soft skills dan hard skills yang diperlukan di dunia kerja.
- Peningkatan Kualitas Dosen dan Tenaga Kependidikan: Program sertifikasi dosen, pelatihan, dan beasiswa studi lanjut (S2 dan S3) diberikan untuk meningkatkan kompetensi dosen dan tenaga kependidikan di perguruan tinggi.
- Digitalisasi Pendidikan: Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, seperti penggunaan platform e-learning dan perpustakaan digital, didorong untuk meningkatkan akses dan kualitas pembelajaran.
- Peningkatan Akses Pendidikan: Teknologi memungkinkan akses pendidikan yang lebih luas melalui platform e-learning, MOOC (Massive Open Online Courses), dan kuliah daring. Ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang berada di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan waktu dan tempat.
- Pembelajaran yang Lebih Interaktif dan Engaging: Penggunaan teknologi seperti simulasi, virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan alat pembelajaran interaktif lainnya dapat membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan efektif.
- Peningkatan Kualitas Penelitian: Teknologi mendukung kegiatan penelitian melalui akses ke database jurnal internasional, software analisis data, kolaborasi riset online, dan fasilitas laboratorium yang canggih. Ini mempercepat proses penelitian dan meningkatkan kualitas output riset.
- Evaluasi dan Penilaian Otomatis: Sistem penilaian berbasis teknologi, seperti ujian online dan software penilaian otomatis, memudahkan dosen dalam mengevaluasi hasil belajar mahasiswa secara cepat dan akurat.
- Pengembangan Kompetensi Digital: Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program pelatihan dan sertifikasi digital bagi dosen dan mahasiswa, sehingga mereka memiliki keterampilan teknologi yang relevan dengan kebutuhan industri.
- Kolaborasi dan Komunikasi yang Lebih Baik: Platform kolaborasi online seperti Google Workspace, Microsoft Teams, dan Zoom memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan staf administratif, baik dalam konteks pembelajaran maupun proyek penelitian.
- Penyebaran Informasi dan Publikasi: Situs perguruan tinggi, media sosial, dan platform digital lainnya memungkinkan penyebaran informasi akademik, publikasi penelitian, dan pencapaian institusi secara lebih luas dan efektif.
- Pengembangan Layanan Mahasiswa: Teknologi mendukung layanan mahasiswa seperti pendaftaran online, sistem pembayaran digital, portal informasi mahasiswa, dan aplikasi layanan kesehatan mental, yang semuanya meningkatkan pengalaman dan kesejahteraan mahasiswa.
Reporter : Afif Hanafi
Editor : Amanda Putri