Jakarta – Suara Ekonomi.
Bermula dari thread sederhana yang menanyakan kejanggalan seputar Aktifasi Otak Tengah, dan sempat menjadi database terlengkap di jagad web dengan bahasan keanehan Aktifasi Otak Tengah (AOA). Akhirnya, Arif Yulian Nur menuangkan jawaban dari hasil penelitianya terkait masalah tersebut dalam sebuah buku.
Arif Yulian Nur atau yang lebih dikenal sebagai Virkill, adalah pelopor Big Cubes Blindfolded di Indonesia. Dalam bukunya yang berjudul “Membongkar Aktivasi Otak Tengah, Penemuan Terbesar di Dunia atau Penipuan Terbesar di Indonesia?,” Virkill membahas fakta yang sebenarnya dan segala kejanggalan yang ada baik dari lembaga AOA maupun dari teori Otak Tengah ini sendiri.
Berikut fakta-fakta terkait kebohongan dari “Aktivasi Otak Tengah” :
- Otak Tengah Tidak Memancarkan Gelombang seperti Antena Pemancar
Otak tengah adalah bagian terkecil yang berfungsi sebagai stasiun relai untuk informasi pendengaran dan penglihatan. Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Beberapa bagian dari otak tengah yang disebut nukleus merah (red nucleus) dan substantia nigra berfungsi dalam mengontrol gerakan badan. Berdasarkan fungsi dan definisi diatas, kita tahu bahwa otak tengah tidak berfungsi sebagai pemancar gelombang.
- Otak Tengah Tidak Menghubungkan Otak Kiri dan Otak Kanan
Penghubung otak kiri dan kanan adalah corpus callosum dan sudah terhubung sejak manusia lahir. Otak tengah terletak diantara otak bagian depan dan belakang serta menghubungkan keduanya. Jadi bukan menghubungkan otak kiri dengan otak kanan.
- Otak Tengah Tidak Bisa Diaktifkan
Tidak ada istilah untuk mengaktifkan otak tengah karena otak tengah telah aktif dan berfungsi secara baik.
- Otak Tengah Bukanlah Komponen Tunggal
Fungsi dari Otak Tengah bisa diibaratkan seperti bagian organ lain dalam tubuh kita. Misalnya, lutut. Tanpa lutut kita tidak bisa berjalan, menendang, berlari, dan lain-lain.
- Otak Tengah Tidak Berhubungan dengan Kemampuan Sosial Manusia
Seperti yang telah dijelaskan di point pertama, fungsi dari otak tengah berhubungan dengan fungsi biologis seperti penglihatan, pendengaran, dan mengatur gerakan refleks tubuh. Bukan berhubungan dengan kemampuan sosial manusia.
Aktivasi Otak Tengah ini tidak hanya sekedar teori, namun fenomena klasik ini juga dijadikan bisnis berbentuk lembaga semacam kursus atau les, layaknya satu cara pembodohan yang disajikan untuk masyarakat awam di Indonesia. Yang mesti diketahui, bahwa selain fakta-fakta diatas, lembaga AOA dan sejenisnya ini memiliki banyak kejanggalan didalamnya.
Inilah kejanggalan yang bisa ditemukan dalam lembaga penipuan tersebut :
- Sama-Sama Tidak Bisa Menunjukan Siapa yang Bertanggungjawab Menemukan Metode Tersebut.
Masing-masing memiliki metode sendiri yang diklaim memberikan dampak luar biasa bagi otak dan kepribadian anak. Sementara tidak ada yang mau bertanggung jawab terkait pencetus metode ini.
- Sama-Sama Berbasis Franchise (Waralaba).
Hampir semua lembaga besar berlabel Aktifasi Otak Tengah memilih menempuh bentuk Franchise. Sebuah bentuk bisnis yang cukup janggal diterapkan pada sebuah lembaga semacam ini. Mengingat yang katanya ini adalah lembaga pendidikan dan kelemahan terbesar dari skema ini adalah minimnya pertanggung jawaban.
- Lembaga-Lembaga Baru Tumbuh Subur Seolah-Olah Metode Tersebut Sangat Gampang Dilakukan dan Ditemukan.
Seolah metode ini sangat mudah ditemukan oleh siapapun. Diperkirakan kurang dari satu tahun lembaga-lembaga baru bermunculan menemukan metode masing-masing.
- Saling Menyerang Satu Sama Lain.
Menjadi fenomena yang kurang sedap dipandang ketika lembaga yang “katanya” berbasis pendidikan ini ternyata saling menjatuhkan satu sama lain.
5.Memberikan Informasi yang Jauh Berbeda dan Sering Bertabrakan.
Salah satu dari lembaga tersebut sejak awal menggembar-gemborkan fungsi Aktifasi Otak tengah sebgai penghubung otak kiri dan kanan. Dari dasar ini, mereka mengembangkan imajinasi mereka tentang manfaat lainnya meliputi konsentrasi anak, kemampuan mengasihi, dan lain-lain. Sementara lembaga tersebut berpendapat sepeti itu, lembaga sejenis lainya justru membantah dengan memberikan dasar yang lain.
Dari seluruh informasi yang terhimpun dalam buku milik Virkill ini menunjukan bahwa, fenomena aktifasi otak tengah perlu disikapi secara serius. Ada banyak sekali indikasi kebohongan dengan motif untuk kepentingan bisnis semata. Sudah selayaknya para pihak yang berkewajiban dapat mengambil sikap untuk memperjelas hal tersebut.
Reporter : Judith Dwi Prasetya dan Resha Mufti Rasyad
Editor : Nurul Zahara